REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat H Aminurrahman mengatakan daerahnya masih kekurangan dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan dan pencegahan penyakit pada setiap kecamatan. "Jumlah dokter hewan kurang dari 100 orang, sedangkan jumlah kecamatan sebanyak 114. Jadi belum ideal," kata H Aminurrahman, di Mataram, Sabtu (3/3).
Dengan kondisi tersebut, dia mengatakan, ada satu pusat kesehatan hewan (puskeswan) yang memiliki satu orang dokter hewan harus melayani lebih dari satu kecamatan. Pada satu sisi, keberadaan dokter hewan sangat penting bagi NTB yang menjadikan sektor peternakan sebagai program unggulan, terutama sapi dan kerbau dengan jargon Program Bumi Sejuta Sapi (BSS).
Tidak hanya itu, lanjut Aminurrahman, tugas dokter hewan juga mencakup perlindungan kehidupan dan kesehatan hewan serta risiko yang ditimbulkan dari masuk, berkembang atau menyebar hama, penyakit, organisme penyebar penyakit. Keberadaan dokter hewan juga untuk melindungi kehidupan dan kesehatan manusia dari risiko yang ditimbulkan oleh bahan tambahan, terkontaminasi, toksin atau organisme penyebab penyakit dalam.
Selain itu, melindungi kehidupan dan kesehatan manusia dari risiko timbul penyakit yang terbawa oleh hewan, produk, masuk, berkembang, dan menyebar hama penyakit. "Tugas dokter hewan juga berat karena yang utama adalah mencegah manusia tidak diserang penyakit bersumber dari hewan, seperti flu burung, antraks dan penyakit hewan menular lainnya," ujar Aminurrahman pula.
Pihaknya menyiasati kekurangan dokter hewan itu dengan mengoptimalkan peran dan fungsi petugas peternakan di setiap kecamatan. Selain itu, memaksimalkan keberadaan sebanyak 102 tenaga harian lepas (THL) yang dibiayai dari APBN dengan latar belakang pendidikan dokter hewan maupun paramedis.
"Kami juga tetap berupaya mengajukan usulan formasi calon pegawai negeri sipil untuk dokter hewan setiap tahun sampai terpenuhi jumlah ideal," katanya lagi.***4***