Sabtu 03 Mar 2018 13:27 WIB

Gerindra Pertanyakan Kedatangan PSI ke Istana

Tujuan istana memanggil salah satu partai dipertanyakan

Rep: Umar Mukhtar/Ronggo Astungkoro/ Red: Bilal Ramadhan
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menilai Presiden RI Joko Widodo terang-benderang menunjukkan suatu sikap yang mengabaikan prinsip-prinsip yang sebetulnya tidak perlu dilakukan. Ini menyusul kedatangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ke Istana Presiden lalu diberikan tips soal pemenangan Pilpres 2019.

"Beliau mempertontonkan satu sikap yang terlalu kebelet sehingga mengabaikan prinsip-prinsip yang seharusnya enggak dia lakukan, mengundang salah satu parpol, dan membicarakan materi yang menurut saya sangat absurd, tentang kiat-kiat atau strategi pemenangan tahun 2019," ujar dia di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/3).

Menurut Ferry hal itu aneh. Apalagi, ternyata di balik PSI ada kaitannya dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "Itu aneh menurut saya, namun setelah saya mengetahui, bahwa di balik PSI itu ternyata juga ada Pak Sunny, yang menandakan ada Pak Ahok di situ," ujarnya.

Ferry mengatakan, memang PSI ini sejak awal sudah memiliki keistimewaan di mata Jokowi. Karena orang di belakang PSI itu memiliki kedekatan hubungan dengan mantan Wali Kota Surakarta itu.

"Makanya dikhususkan. Tapi sekarang itu menjadi preseden buruk, karena itu seperti penyalahgunaan kekuasaan, kok istana digunakan untuk memanggil salah satu parpol membicarakan kiat-kiat srategi pemenangan pilpres 2019," ujarnya.

"Seharusnya kan kita membahas bagaimana supaya dolar enggak naik ke Rp 14 ribu, bagaimana daya beli masyarakat, itu loh yang harusnya dipikirin. Yang dipikirin itu kok (Pilpres) 2019," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement