Jumat 02 Mar 2018 06:29 WIB

Pemprov DKI Siapkan SOP Hadapi Gempa

Jakarta dihadapkan ancaman guncangan gempa sebesar 8,7 skala richter (SR).

Rep: Sri Handayani/ Red: Israr Itah
Anggota Komisi V DPR RI, Sadarestuwati (jaket coklat), dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno usai acara diskusi 'Gempa Bumi Megathrust M 8,7, Siapkah Jakarta?', di Auditorium BMKG, Jakarta Pusat, Rabu (28/2).
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Anggota Komisi V DPR RI, Sadarestuwati (jaket coklat), dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno usai acara diskusi 'Gempa Bumi Megathrust M 8,7, Siapkah Jakarta?', di Auditorium BMKG, Jakarta Pusat, Rabu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi dan Geofisika melaporkan adanya ancaman gempa besar yang akan melanda DKI Jakarta. Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, saat ini Pemprov DKI sedang menyiapkan prosedur standar operasional (SOP) untuk menghadapi bencana gempa.

"Kami dengan BMKG lagi menyusun (SOP), mudah-mudahan bisa dituangkan dalam MoU yang ingin kami eksekusi dalam beberapa bulan ke depan," kata Sandiaga di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (1/3).

Lulusan Universitas Wichata ini mengatakan, Jakarta dihadapkan ancaman guncangan gempa sebesar 8,7 skala richter (SR). Gempa ini berasal dari zona subduksi Selat Sunda atau biasa disebut Sunda Megarthrust.

Sunda Megathrust adalah sesar dengan luas sekitar 5.500 kilometer. Potongan ini memanjang dari Myanmar di utara menuju ke barat daya wilayah Sumatra, berlanjut ke selatan Jawa dan Bali. Lempeng ini berakhir dekat Australia.

Sunda Megathrust berada di batas lempeng konvergen yang merupakan zona pertemuan antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-australia. Wilayah ini dikenal sebagai salah satu zona struktur paling aktif di bumi.

Pergerakan lempeng ini disebut menyebabkan beberapa gempa bumi besar, termasuk gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada 2004 yang menewaskan lebih dari 230.000 jiwa. Zona ini dibagi menjadi Andaman Megathrust, Sumatra Megathrust, dan Java Megathrust.

Menurut Sandiaga, warga DKI Jakarta harus siap menghadapi bencana ini. Kesiapan dan kewaspadaan dari segi reaksi pada 72 jam pertama menjadi kunci penanganan pascagempa.

"Jadi kalau misalnya, jam 12 siang terjadi gempanya. Dalam tiga hari ke depan, kita harus punya SOP maupun kesiapan dan kewaspadaan yang bisa seragam," kata Sandiaga.

Ia menambahkan, pelatihan simulasi gempa yang berulang (drills) sangat diperlukan. Dengan begitu, kesiapan dan kewaspadaan warga dapat ditingkatkan.

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat Jakarta tentang gempa yang pasti akan terjadi di Ibu Kota. Ia juga meminta Pemprov DKI menyiapkan langkah-langkah mitigasi terkait kemungkinan tersebut.

Ia mengatakan, meski waktu dan besarnya gempa tersebut belum bisa diketahui, masyarakat harus tetap waspada. Semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, harus siap mengambil sikap sejak saat ini.

Menurut Dwikorita, Jakarta menjadi salah satu yang diperhatikan karena tanah Ibu Kota bersifat lunak. Guncangan gempa bisa terasa lebih kencang.

Saat ini, beberapa daerah di Amerika, seperti San Fransisco dan Los Angeles, telah menyiapkan mitigasi gempa. Hal itu bahkan telah dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu. Mantan rektor UGM ini meminta pemerintah untuk segera menetapkan kebijakan terkait mitigasi gempa.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement