Rabu 28 Feb 2018 09:20 WIB

Panglima TNI: Pramuka Dapat Berperan Hadapi Ancaman Bangsa

Diantaranya adalah ancaman siber, biologis dan kesenjangan ekonomi

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) didampingi KSAL Lakamana TNI Ade Supandi (kiri) dibopong prajurit Korps Marinir TNI AL disela-sela Pengangkatan Warga Kehormatan Marinir di pantai Nganteb, Kab. Malang, Jawa Timur, Kamis (22/2).
Foto: Antara/HO/Serka Mar Kuwadi
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan) didampingi KSAL Lakamana TNI Ade Supandi (kiri) dibopong prajurit Korps Marinir TNI AL disela-sela Pengangkatan Warga Kehormatan Marinir di pantai Nganteb, Kab. Malang, Jawa Timur, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menilai Gerakan Pramuka dapat ikut berperan dalam menghadapi berbagai ancaman yang mendera bangsa Indonesia. Hal tersebut dikatakan Panglima TNI dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gerakan Pramuka yang digelar Kwartir Nasional (Kwarnas) pada 23 hingga 25 Februari 2018 lalu.

“Ini kesempatan baik bagi Gerakan Pramuka mengambil peran dalam konteks mengadakan perubahan terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai bagian solusi dalam mengadapi berbagai ancaman,” ungkap Pa Sahli Tk. III Bid. Hubungan Internasional Panglima TNI, Mayjen Herindra, yang membacakan pidato Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Menurut dia, di antara ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia yang paling signifikan adalah ancaman siber, ancaman biologis, dan ancaman kesenjangan ekonomi. Terkait siber, kata panglima, ancaman yang muncul sebenarnya dikarenakan dunia siber telah menjadi realita baru dalam kehidupan manusia modern.

Saat ini lebih dari separuh penduduk dunia telah secara aktif terhubung ke dunia siber yang mengakibatkan berbagai ancaman di dunia nyata.

Mulai dari yang paling sederhana seperti pencurian identitas untuk pencurian atau penipuan, hingga penyebaran konten negatif dan hoaks untuk menghasut opini massa. Hal yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah melalui kemajuan pengolahan data digital, baik profil maupun preferensi seseorang dapat dilacak melalui jejak digitalnya di dunia maya.

"Melalui metode tersebut maka di masa kini, sangat dimungkinkan dilakukannya indoktrinasi dan perekrutan seseorang secara individual untuk menjadi teroris tunggal atau yang dikenal dengan lone wolf,” ungkapnya.

Sementara Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault menyatakan, Pramuka telah mengambil peran aktif dalam rangka menghadapi ancaman bangsa melalui kegiatan-kegiatan positif yang melibatkan kaum muda. Ada ribuan kegiatan Pramuka setiap minggunya diadakan oleh Gerakan Pramuka dari berbagai tingkatan di seluruh Indonesia.

Seperti perkemahan sabtu minggu, perkemahan kenaikan tingkat di Gudep-Gudep, bakti sosial, bina diri, bina satuan, bina masyarakat, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut, lanjutnya, tidak mudah karena umumnya dilaksanakan di luar ruangan.

“Kami tidak bersedih meskipun jarang kegiatan tersebut, maupun kegiatan kerelawanan Pramuka lainnya yang diliput media. Kami beruntung berkat pendidikan yang diberikan senior-senior Gerakan Pramuka terdahulu, kami memiliki Kakak-Kakak pembina yang ikhlas meluang waktu, pikiran dan tenaga. Tujuannya satu, yaitu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup,” ungkapnya.

Adhyaksa menjelaskan, Gerakan Pramuka di 34 Provinsi, 514 Kota/Kabupaten terlibat aktif kampanye internet sehat. Bahkan, Kwarnas juga merumuskan dan menyosialisasikan 10 Tugas Pramuka di Media Sosial yang pada poin keempat berbunyi: Membela dan mengamalkan Pancasila, NKRI, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta merawat harmoni dan solidaritas antarwarga di media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement