REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi, komunikonten.com Hariqo Wibawa Satria mendorong aparat kepolisian turut mengungkap otak dibalik kegiatan komunitas penyebar hoaks dan ujaran kebencian. Hal itu mengomentari penangkapan sejumlah anggota kelompok Muslim Cyber Army (MCA) yang diduga menyebarkan kebencian melalui media sosial.
"Yang perlu diketahui, siapa yang punya ide produksi, siapa yang mengorder, siapa lagi diatasnya (MCA) harus ditemukan," kata Hariqo kepada Republika, Selasa (26/2).
Selain itu, Hariqo meminta aparat kepolisian memberikan kesempatan para terduga menyampaikan secara sistematis alasan melakukan kegiatan itu. Menurut dia, kepolisian perlu melihat dari sudut pandang pelaku kejahatan juga.
Ia menjabarkan, produk pelaku kejahatan media sosial, yakni memproduksi dan mendistribusikan. Ia meminta kepolisian memperjelas, apakah MCA sebagai produser atau distributor, atau keduanya.
"Kalau keduanya (produser dan distributor) bisa dibuktikan, artinya mereka (kepolisian) sudah ada kemajuan dalam investigasi," ujar Heriqo.
Ia menyayangkan penamaan kelompok tersebut membawa simbol agama tertentu. Heriqo menegaskan, pengungkapan peran MCA penting. Sebab, tak dipungkiri kegiatan MCA karena ingin membuat hoaks tandingan. Ia mencontohkan, awalnya kegiatan MCA melihat ujaran kebencian atau hoaks yang menyudutkan tokoh yang mereka kagumi atau menyinggung keyakinan.
"Harus ditelusuri motivasinya apa. Jangan sampai mereka korban hoaks-hoaks yang beredar," tutur dia.