Rabu 28 Feb 2018 05:14 WIB

Bekasi Akui Belum Miliki Sistem Deteksi Dini Banjir

Informasi banjir masih berasal dari masyarakat yang tergabung dalam komunitas.

Sejumlah warga melintasi jalan yang terimbas banjir di wilayah Kelurahan Duren Jaya Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, Kamis (15/2).
Foto: Republika/Farah Noersativa
Sejumlah warga melintasi jalan yang terimbas banjir di wilayah Kelurahan Duren Jaya Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, Kamis (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  BEKASI -- Kepala Badan Perencanaan Daerah Kota Bekasi Koswara Hanafi mengakui bahwa pihaknya belum memiliki sistem deteksi dini bencana banjir kiriman dari wilayah Kabupaten Bogor. Banjir kiriman kerap menggenangi rumah warga di sepanjang bantaran sungai.

"Memang saat ini informasi banjir yang paling update berasal dari masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C)," katanya di Bekasi, Selasa (27/2).

Menurut dia, komunitas independen yang beranggotakan 17 orang pengurus ini memiliki tujuan utama, di antaranya menyebar-luaskan informasi berupa data tentang peringatan dini Tinggi Muka Air (TMA) di kedua hulu sungai dan P2C, selain juga edukasi potensi ancaman banjir.

Dengan informasi ini, warga terdampak bisa mempersiapkan segala hal 4-6 jam sebelum air sungai dari hulu sampai di lokasi perumahan. "Ketika air meluap memenuhi perumahan mereka, warga sudah lebih dulu menyelamatkan harta benda dan diri," katanya.

Informasi TMA dibagikan ke sedikitnya 7.000 members KP2C melalui 12 grup WhatsApp dan Telegram, serta Facebook dan Twitter dengan 1.000 followers.

Diperkirakan ada sekitar 60.000 lebih warga masyarakat yang secara tidak langsung menerima informasi TMA dari KP2C melalui members KP2C.

Dalam kondisi normal, informasi TMA dikirim petugas KP2C dua kali pada pagi dan sore hari sepanjang tahun di musim hujan maupun kemarau.

"Namun bila ketinggian air di hulu, khususnya Cileungsi, naik signifikan, informasi TMA diberikan setiap setengah jam, bahkan real time saat TMA naik dramatis," katanya.

Dikatakan Koswara, fasilitas informasi banjir yang dimiliki Pemkot Bekasi saat ini maish sebatas pada pelaporan dari masyarakat melalui aplikasi SOROT.

"Kalau masyarakat mau menggunakan aplikasi itu secara tepat, itu bisa memudahkan tentang infromasi potensi banjir," katanya.

Secara terpisah, Ketua KP2C Verry Hendrawan, mengatakan operasional informasi banjir kiriman kepada para members hingga saat ini masih bersumber dari pendanaan donasi anggota.

"KP2C saat ini mampu memberikan honorarium bulanan kepada petugas pantau di Cileungsi, Cikeas dan Cibongas (titik pantau terbaru yang masih dalam analisa KP2C), dan tali asih kepada beberapa relawan lainnya, termasuk perangkat kerja seperti sepatu booth, senter, hingga jas hujan," katanya.

Pihaknya mengaku belum sekalipun KP2C menerima bantuan dari pihak manapun kecuali members.

"Namun kemitraan sudah kami kembangkan dengan 24 mitra kerja, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Perum Jasa Tirta (PJT) II, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT), Polri, Koramil, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), pejabat pemerintah lokal dan beberapa lainnya, termasuk berkoordinasi dengan petugas Bendung Bekasi," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement