REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Cerita soal keracunan penyu ternyata bukan hal baru di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Sebelum kejadian terbaru pada pekan lalu yang menelan korban 3 orang meninggal dunia, sudah ada 9 insiden serupa sejak 2005 lalu. Total sudah ada 33 orang meninggal dunia dalam insiden keracunan penyu sejak 2005 lalu. Dari seluruh rentetan keracunan penyu di Mentawai, diperkirakan sudah ada 752 orang terimbas.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat, berikut data kasus keracunan akibat penyu selama 2005-2018:
1. Tanggal 19 Oktober 2005, di Desa Matobe Kecamatan Sikakap terjadi keracunan penyu terhadap 46 orang dan 4 orang meninggal dunia.
2. Tanggal 11 Juni 2006, di Dusun Sibudakoinan Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah, keracunan terjadi terhadap 115 orang. Sebanyak 13 orang dilaporkan meninggal dunia dan 20 orang mendapat perawatan Intensif.
3. Tanggal 9 Maret 2009, 3 orang meninggal dunia dan 1 orang dirawat intensif.
4. Tahun 2010, terdapat 3 kejadian. Pertama pada 9 Maret 2010 di Dusun Parak Batu , 111 orang mengalami keracunan dan 3 orang meninggal dunia. Kedua pada 30 Maret 2010, dilaporkan 80 orang keracunan dan 1 orang meninggal dunia. Terakhir, di Bulasat terdapar 20 oramh keracunan. Untungnya, tidak ada yang meninggal saat itu.
5. Tanggal 3 Oktober 2012 di Bulasat, Pagai Selatan sebanyak 85 orang mengalami keracunan dan 3 orang meninggal dunia.
6. Tanggal 23 Maret 2013 di Bosua, Pulau Sipora sebanyak 148 orang mengalami keracunan dan 3 orang meninggal dunia.
7. Teranyar, pada 17 Februari 2018, sebanyak 104 orang mengalami keracunan di Desa Pasakiat Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya. Sedikitnya 16 orang juga menjalani perawatan intensif dan 3 orang dinyatakan meninggal dunia.
Ada penjelasan ilmiah mengapa mengonsumsi daging penyu berisiko keracunan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat Merry Yuliesday menjelaskan, alga dan ubur-ubur merupakan makanan favorit penyu. Masalahnya, alga merupakan jenis tumbuhan air yang banyak menyerap logam berat. Kandungan logam berat disinyalir banyak ditemukan di Samudra Hindia yang berdekatan dengan sentra-sentra industri. Apalagi penyu bermigrasi dalam jarak ribuan kilo meter (km).
Sebuah kajian ilmiah juga pernah dilakukan terhadap daging penyu. Ternyata, di dalam daging penyu ditemukan kandungan logam berat Kadmium hingga 3 kali lipat dibanding daging ikan dan kandungan merkuri 10 kali lipat lebih tinggi dari ikan pada umumnya.
"Makin tua umur penyu makin tinggi kandungan racun. Penyu paling banyak terkontaminasi logam berat, dan umur penyu bisa puluhan tahun," kata Merry, Selasa (27/2).
Sebuah penelitian laboratorium pernah dilakukan terhadap sampel penyu yang menyebabkan kasus keracunan di Desa Bosua, Pulau Sipora pada 2013 lalu. Hasilnya, ditemukan kandungan arsenik yang membahayakan kesehatan manusia.
Kepulauan Mentawai memang merupakan salah satu tempat favorit bagi penyu untuk bertelur, lantaran kualitas airnya yang jernih dan pantai yang masih bersih. Baru setelah bertelur, penyu melanjutkan kembali perjalanannya ke belahan lain di dunia, seperti Benua Amerika atau Afrika.
"Ayo masyarakat jangan lagi mengonsumsi penyu karena penyu juga mengandung Arsenik atau campuran berbagai pestisida. Pada daging ini juga ditemukan mikroba," kata Merry.