REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG – Pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur Jabar nomor urut empat Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi (DM4Jabar) akan mendirikan rumah sakit jiwa di setiap karesidenan, jika kelak terpilih memimpin Provinsi Jabar. Rencana itu kian menguat setelah Cawagub Jabar Dedi Mulyadi berjumpa dengan warga Kabupaten Karawang yang mengalami depresi, Tacim (19 tahun).
Tacim merupakan warga Dusun Babakan, Desa Gembongan, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang. Dalam rangkaian kampanyenya di Kabupaten Karawang, baru-baru ini, Dedi diajak oleh Kepala Dusun Babakan, Semar (40), menemui Tacim.
‘’Saya dibawa menemui Tacim, pemuda yang mengalami depresi,’’ ujar Dedi kepada Republika. Kepada Dedi, Semar menceritakan bahwa Tacim merupakan anak putus sekolah. Pemuda itu hanya mengenyam pendidikan sampai kelas delapan (kelas 2 SMP). Keterbatasan ekonomi, memaksa Tacim untuk berhenti sekolah.
Orang tuanya hanya buruh serabutan. Penghasilannya juga pas-pasan. Dalam kondisi tersebut, Tacim kemudian diposisikan menjadi tulang punggung keluarga. Dia bekerja serabutan juga. Bahkan, uang tabungannya dibelikan kambing sebagai usaha lainnya.
Tampaknya kondisi seperti ini membuat mental Tacim menjadi terganggu. Sejak dua bulan terakhir, pemuda ini sering melamun. Bahkan, saat melihat kucing, papar Semar, Tacim langsung ketakutan dan lari ke atas pohon.
"Saya dan warga sering bertanya ke Tacim, jawabnya sangat sederhana dia takut keluarganya tidak makan dan adiknya tidak sekolah,’’ujar Semar kepada Kang Dedi.
Semar juga sempat berupaya untuk menyebuhkan Tacim. Salah satunya, dengan membawa pemuda itu berobat ke RS. Untuk biayanya, kambing milik Tacim terpaksa dijual. Selaku kepala dusun, Semar sempat menggalang dana dari warga untuk pengobatan Tacim. Namun, hasilnya sangat minim.
Begitupun dengan hasil penjualan kambing, sudah habis untuk berobat. Karena alasan itulah, kata Semar, Cawagub Jabar Dedi Mulyadi diajak menemui Tacim.
Mendengar cerita Semar, Dedi tertegun sejenak. Saat Dedi berkomunikasi dengan keluarga Tacim, ibu kandung Tacim mengaku tidak memahami persis perubahan kejiwaan yang melanda anaknya. ‘’Tidak tahu penyebab Tacim bisa seperti ini, tetapi dia sering bilang takut adiknya, yaitu Enok, tak bisa sekolah,’’ ujarnya.
Kemudian, Dedi meminta kepada ibu dan Enok untuk memeluk pemuda Tacim. Pelukan hangat dari orang-orang yang dicintai, diyakini Dedi, bisa meringankan beban psikologis Tacim.
Menurut Dedi, kasus Tacim bukan satu-satunya di Provinsi Jabar. Apalagi, papar dia, beban sebagai tulang punggung keluarga, menjadikan kondisi psikologis seseorang kian berat. Salah satunya yang dialami oleh Tacim.
"Saat anak seusia Tacim sibuk dengan bermain gadget atau jadi anggota geng motor, Tacim harus menjadi tulang punggung keluarga,’’ ujar Dedi. Yang ditakutkan Tacim sangat sederhana, yaitu, khawatir keluarganya tidak makan dan khawatir adiknya tidak sekolah.
‘’Sungguh sangat mulia pemikiran pemuda ini,’’ tutur Dedi dengan mata berlinang. Dedi bersama pasangannya Deddy Mizwar berjanji akan membangun RS jiwa di setiap karesidenan jika kelak terpilih. Supaya, papar dia, nasib yang dialami Tacim dan yang serupa tidak harus berlama-lama dibiarkan.
Setiap pasien kejiwaan tidak boleh dijauhkan dengan keluarganya. Mengingat, kata Dedi, dorongan dari keluarga sangat penting untuk kesembuhan pasien gangguan jiwa.
DM4Jabar, tegas Dedi, jika terpilih akan memastikan warganya antusias bersekolah karena tanpa biaya sepeserpun. ‘’Jangan ada lagi warga yang lapar dan tidak bisa bersekolah,’’ tandasnya.