Kamis 22 Feb 2018 18:06 WIB

Buwas: Ada Kesamaan Jaringan Narkotika RI dan Saudi

Salah satu kemiripan yakni ekstasi dalam bentuk stiker.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Teguh Firmansyah
Budi Waseso (kanan)
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Budi Waseso (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Budi Waseso, melihat adanya kemiripan jaringan narkotika di Indonesia dengan Arab Saudi. Termasuk di antaranya dari segi jenis narkoba dan target pasar yang sudah semakin meluas dari anak-anak sampai dewasa.

Buwas, sapaan akrab Budi, memberikan contoh ekstasi dalam bentuk stiker yang tinggal ditempel. Narkotika jenis ini ditemukan di Indonesia maupun Arab Saudi, ujarnya saat meresmikan Gedung Pusat Laboratorium Narkotika di Lido, Cigombong, Bogor, Kamis (22/2).

Buwas menambahkan, beragam jenis narkoba baru atau New Psyhoactive Subtance (NPS) pun mulai dikembangkan di Indonesia. Para bandar bahkan meracik sendiri meski bahannya disediakan dari luar negeri.

Parahnya lagi, di Indonesia, jaringan narkotika tidak berkelahi untuk memasarkan produk seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Satu diskotik bisa ada lima jaringan yang menjual. "Penjualan mereka aman pasti laku, karena Indonesia terbilang konsumtif," ucap Buwas.

Buwas menuturkan, ini merupakan kesempatan terakhirnya untuk menggencarkan pemberantasan narkotika. Sebab, jika dihitung hari, waktunya memimpin BNN hanya sekitar enam hari.

Tapi, Buwas berharap kepada teman-teman di BNN untuk melanjutkan program dan tugas dalam menyelamatkan bangsa Indonesia. Sebab, Indonesia sudah mendeklarasikan diri ada bonus demografi dan generasi emas pada 2020, ucapnya.

Ke depan, Buwas berharap, Indonesia bisa menerapkan program rehabilitasi seperti di Arab Saudi yang tertutup. Identitas pengguna akan dirahasiakan pemerintah dan aman di dalam rumah sakit rehabilitasi, tanpa diketahui publik.

Buwas mengakui, salah satu ketidakberhasilannya dalam rehabilitasi adalah privacy pengguna. Akibatnya, mereka menjadi enggan untuk direhab karena menganggapnya sebagai aib dan hal memalukan. "Ke depan, sistem ini harus dikonsepkan dan ditata lagi," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement