REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jimmy Paat menilai, banyaknya siswa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menganggur terjadi karena dua hal dasar. Pertama, guru yang mengajar tidak memiliki skill yang bagus, dan kedua, sarana prasana di SMK yang belum dapat menunjang kemampuan siswa.
"Saya kira hingga saat ini, Pemerintah belum mampu menjawab masalah kekurangan guru untuk SMK ini. Soal peralatan juga, siswa di SMK khususnya di daerah banyak yang belum pernah menyentuh mesin atau alat praktik sampai dia lulus," kata Jimmy usai diskusi terkait Vokasi di Bakoel Koffie Cikini, Jakarta, Kamis (22/2).
Karena itu, dia menegaskan, cita-cita pemerintah untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran melalui SMK akan sulit tercapai. Jika, kedua hal dasar tersebut tidak segera dipenuhi.
"Jadi lucu saja, ujian SMK itu seharusnya mengasah skill ini malah berbasis teori. Kan mereka bukan jurusan mesin sastra, yang hanya bisa membayangkan bagaimana mengoperasikan mesin-mesin itu," kata dia.
Selain itu, menurut dia, guru-guru dan tenaga kependidikan di SMK juga perlu memahami budaya siswa-siswa SMK yang mayoritas berasal dari keluarga menengah ke bawah. Baik memahami psikologis siswa atau lain-lain yang tentunya berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa SMK.
"Ada guru SMK yang mengeluh, katanya dia merasa aneh dengan siswa SMK. Karena ada yang manjat gerbang dan lain-lain. Ya kalau menurut saya, seharusnya guru itu harus memahami siswa dong," kata dia.
Jimmy berharap, dengan adanya pemahaman dari guru dan pihak sekolah tersebut, proses belajar mengajar akan berjalan baik. Sehingga diharapkan, hal itu juga bisa meningkatkan kualitas jumlah lulusan siswa SMK.