REPUBLIKA.CO.ID, "Satu, Dua, Tiga, Dorong." Begitu suara yang terdengar. Langkah kecil dan teratur disertai sengalan nafas terdengar dari para petugas PLN yang sedang berusaha mendorong kabel dan mengangkat trafo. Terkadang langkahnya pun tak bergerak karena beratnya gulungan kabel ditambah pasir pantai yang basah menambah berat gulungan untuk didorong menuju kapal.
Saat mendekati kapal, satu per satu gulungan kabel dan trafo dinaikkan ke atas kapal, menggunakan besi sebagai penyangga. Setelah semua peralatan telah dinaikkan ke atas kapal tongkang lalu ditarik oleh kapal kecil menuju Gili Gede.
Upaya membawa peralatan kelistrikan ke Gili.
Tiba di Gili Gede menjelang petang, tak membuat petugas PLN berhenti bekerja, satu per satu kabel dan trafo diturunkan dari kapal. Prosesnya pun bertambah sulit karena air laut semakin pasang dan penerangan sangat terbatas.
Kondisi di atas menjadi perjuangan PLN dalam melistriki Gili Gede, yaitu salah satu pulau yang terletak di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Rabu (21/2).
General Manager PLN Wilayah NTB, Mukhtar mengatakan, di beberapa lokasi, pengangkutan peralatan kelistrikan dengan cara-cara tradisional masih digunakan untuk melistriki wilayah-wilayah terpencil. Untuk melistriki Gili Gede misalnya, PLN menggunakan kapal tongkang sederhana untuk membawa tiang, kabel, dan trafo ke Gili Gede. Hal ini membuat proses pengangkutan lebih lama.
"Karena kapal dan peralatannya sederhana, tentu kami harus lebih hati-hati. Ombak besar sedikit, tentu menaikan peralatan ke kapal lebih sulit, bahkan terkadang kami harus menunda pengangkutan sampai cuacanya membaik," ujar Mukhtar.
Sementara untuk membawa tiang, kabel, dan trafo dari dermaga menuju lokasi pemasangan diangkut menggunakan gerobak, bahkan terkadang harus digotong oleh beberapa petugas. Pasalnya, selain akses jalan yang kecil, di Gili Gede pun tidak terdapat mobil.
Mukhtar menjelaskan, kelistrikan di Gili Gede akan disambungkan dengan sistem kelistrikan Lombok. PLN akan membangun kabel laut 20 kiloVolt (kV) sepanjang 2 x 2,4 kilometer yang menghubungkan kelistrikan di Gili Gede dengan Pulau Lombok.
"Kami akan menyambungkan dua kabel sekaligus, satu sebagai cadangan, sehingga jika ada gangguan, penyaluran listrik bisa dialihkan. Selain itu, kalau pertumbuhan beban tinggi, kami juga tetap bisa penuhi," ucap Mukhtar.
Kapal tongkang membawa peralatan kelistrikan.
Gili Gede sendiri salah satu surga tersembunyi yang ada di Lombok Barat dengan potensi yang ada pada bidang perikanan dan pariwisata. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan budidaya ikan laut. Beberapa penduduk juga memiliki homestay bagi wisatawan.
Saat ini, penduduk Gili Gede menggunakan genset untuk memenuhi kebutuhan listriknya. Oleh karena itu, kehadiran listrik PLN ini juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat Gili Gede.
Sebelumnya, Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengaku akan menata Gili Gede sebagai sebuah destinasi wisata utama bagi para pelancong yang sedang berlibur di Lombok Barat.
"Kita akan lakukan penataan untuk Gili Gede yang diharapkan rampung pada 2019," ujar Fauzan, belum lama ini.
Berkaca dari tata kelola Gili Trawangan, Fauzan ingin Gili Gede ditata dengan rapi, tanpa adanya bangunan yang berada di sepadan pantai agar bisa diakses seluruh pengunjung.
Fauzan menjelaskan, Gili Gede yang seluas 360 hektar merupakan rumah bagi 200 kepala keluarga yang sebagian besar adalah nelayan. Menariknya, lanjut Fauzan, penduduk Gili Gede sudah mulai menaruh perhatian pada sektor pariwisata dengan mendirikan tempat-tempat penginapan.
"Saya sudah bertemu para penduduk di sana yang siap mengembangkan sektor pariwisata di sana," lanjut Fauzan.
Fauzan menyebutkan, faktor kelistrikan masih menjadi kendala dalam pengembangan pariwisata di Gili Gede. Hal ini, kata Fauzan, disikapi dengan cepat oleh PLN yang sedang membangun kabel bawah laut dan diperkirakan akan selesai pada Juli mendatang.