Rabu 21 Feb 2018 20:03 WIB

Songsong Cap Go Meh, Warga Tionghoa Padang Gelar Bazar

Masyarakat umum bisa mengunjungi bazar hingga perayaan Cap Go Meh nanti

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Hazliansyah
Warga etnis Tionghoa yang tergabung dalam Himpunan Bersatu Teguh (HBT) menggelar bazar untuk merayakan Imlek dan menyambut Cap Go Meh.
Foto: Republika/Sapto Andika
Warga etnis Tionghoa yang tergabung dalam Himpunan Bersatu Teguh (HBT) menggelar bazar untuk merayakan Imlek dan menyambut Cap Go Meh.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Warga keturunan Tionghoa di Kota Padang menggelar bazar untuk merayakan Imlek dan menyongsong Cap Go Meh yang dirayakan di hari ke-15 perayaan Imlek.

Bazar yang digelar oleh Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dan Wanita Himpunan Bersatu Teguh (WHBT) ini digelar di gedung HBT yang berada di seberang Kelenteng See Hin Kiong di kawasan pecinan Pondok, Padang. Masyarakat umum bisa mengunjungi bazar hingga perayaan Cap Go Meh nanti.

Ketua Panitia Bazar HBT WHBT 2018, Charlie Gunawan, mengungkapkan, bazar kali ini diisi oleh berbagai tenan seperti perbankan, otomotif, kuliner, bahkan rumah sakit. Selain itu, bazar juga diisi dengan kegiatan bakti sosial dan donor darah yang bisa diikuti masyarakat umum.

Uniknya, dalam pembukaan bazar kali ini warga keturunan Tionghoa mengenakan batik. Charlie menyebut bahwa penggunaan batik dalam perayaan Imlek kali ini merupakan komitmen mereka untuk menjaga persatuan bangsa.

"Pakaian kami seragam, batik. Kami menjalankan anjuran pemerintah bahwa batik merupakan pakaian nasional Bangsa Indonesia," kata Charlie, Rabu (21/2).

Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menyebutkan bahwa penyelenggaraan bazar dan perayaan Imlek menjadi bukti bahwa Kota Padang merupakan kota yang multietnis. Ia berharap, keamanan dan kenyamanan seluruh etnis dalam menjalankan ibadahnya di Kota Padang bisa terus dijaga.

Bahkan saat pentas pembukaan bazar Imlek dan Cap Go Meh kali ini juga dipentaskan tarian tradisional Minang, di samping kesenian Tionghoa. Hal ini, lanjut Nasrul, mencerminkan betapa budaya Tionghoa dan Minang sudah menyatu di kawasan Pondok.

"Bagaimana menjaga keragamannya, siapapun suku boleh hidup di sini, saling menjaga dan agar tetap kondusif. Toleransi harus tinggi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement