Rabu 21 Feb 2018 13:11 WIB

Digempur Narkoba, Perang Asimetris Menaklukkan Indonesia?

Kartel narkotika dunia jadikan Indonesia laboratorium lapangan produk narkoba baru.

Sejumlah tersangka dan barang bukti Narkotika jenis sabu diperlihatkan saat rilis pengungkapan sindikat Narkotika jaringan internasional di Kantor BNN Pusat, Jakarta, Selasa (20/2).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah tersangka dan barang bukti Narkotika jenis sabu diperlihatkan saat rilis pengungkapan sindikat Narkotika jaringan internasional di Kantor BNN Pusat, Jakarta, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Arif Satrio Nugroho

Upaya penyelundupan berton-ton narkoba yang belakangan ini diungkap oleh berbagai lembaga anti-narkoba dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Bareskrim, Bea Cukai hingga Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tidak berlebihan jika Kepala BNN Budi Waseso menyebutkan, bahwa Indonesia masih menjadi sasaran empuk jaringan narkoba internasional. Indonesia ini mau dijadikan laboratorium lapangan oleh kartel narkotika dunia. Mereka buat natkotika jenis baru yang diuji coba di Indonesia

Tidak dipungkiri, demand narkoba di Indonesia, begitu tinggi. Namun, yang lebih mengkhawatirkan, hal ini bisa saja merupakan upaya menghancurkan Indonesia melalui generasi mudanya. "Ini proxy war, sasarannya generasi ini. Kalau ini (penyelundupan) gagal (diungkap), maka generasinya akan hancur," kata Buwas, kemarin.

Celakanya, Indonesia seolah 'menyambut' baik masuknya barang haram tersebut. Hal ini dilihat dari bagaimana pasar Indonesia dimana narkotika selalu ludes di pasaran.

photo
Petugas menjaga barang bukti Narkotika jenis sabu yang diperlihatkan saat rilis pengungkapan sindikat Narkotika jaringan internasional di Kantor BNN Pusat, Jakarta, Selasa (20/2).

Di Indonesia, ada diskotik sama-sama dapat untung, semuanya aman. Indonesia mau dijadikan laboratorium lapangan oleh kartel narkotika dunia. "Mereka buat natkotika jenis baru yang diuji coba di Indonesia," kata Buwas.

Berbagai kerangka kerja sama Internasional Indonesia dengan negara lain, sebut saja ASEAN Drug Free yang di dalamnya juga mengikutsertakan peran Cina, sudah ada sejak 2015. Namun, yang masuk ke Indonesia lagi-lagi dari Malaysia, Cina dan Taiwan.

Buwas mengakui, kerja sama itu pun memang diperlukan. Tetapi, diakuinya pula, kerja sama itu tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Masalahnya, komitmen antar negara saja sudah berbeda soal narkoba. "Hambatannya UU berbeda tiap negara. Pada akhirnya permasalahan itu tergantung negara masing-masing," kata Buwas.

Melihat fakta yang ada, Buwas mencontohkan Malaysia yang dalam setengah tahun terakhir, sabu asal Malaysia lebih dari sepuluh kali diungkap. Ia mengaku, kerap terbentur dengan otoritas setempat. Lagi-lagi karena perbedaan komitmen.

Di sisi lain, jaringan Malaysia luar biasa, penyandang dana terbesar adal di sana. "Malaysia selalu protes, tapi ini saya bisa buktikan. Saya dulu pernah kirim tim dua kali dari Bareskrim (saat Buwas menjadi Kabareskrim) dua kali gagal, ya karena ditutup sana," ucap Buwas.

Koordinator Indonesia Narcotics Watch (INW) Josmar Naibaho mengungkapkan, kerja sama internasional tidak optimal lantaran adanya upaya untuk menghancurkan Indonesia. Menurutnya ada upaya perang asimetris untuk menaklukkan Indonesia oleh negara tertentu melalui narkoba ini. "Saya pernah membaca analisis intelijen seperti itu," ujarnya.

Perang asimetris sendiri, secara singkat adalah suatu perang non konvensional yang mencakup aspek-aspek geografi, demografi, dan sumber daya manusia suatu bangsa. Yang dimaksud Josmar disini, ada upaya pelemahan generasi muda Indonesia melalui penyelundupan narkoba tersebut. "Nah kalau ingin menguasai Indonesia 20 tahun ke depan itu kan hancurlan dulu generasi muda Indonesia," kata dia.

"Kalau perang asimetris kan bagaimana melemahkan generasi sebuah negara, coba kita lihat, negara potensial menganeksasi Indonesia kan Malaysia kan," katanya lagi.

Menilik ancaman tersebut, Buwas pun berharap, seluaruh elemen negara dapat saling bersinergi melawan narkoba. Di samping itu, kesadaran individu masing-masing pun sangat diperlukan untuk mencegah kehancuran Indonesia melalui narkoba tersebut.

"Kita tidak bisa bergantung dengan negara luar. Mari kita tidak usah menyalahkan siapa siapa. Perangi narkoba sesuai peran individu masing-masing," kata pria yang akan segera pensiun dari Ketua BNN ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement