REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Gunung Sinabung kembali mengalami letusan besar di Kabupaten Karo, Sumatera Utara pada Senin (19/2). Beberapa kecamatan di lereng Gunung Sinabung dilaporkan mengalami gelap pekat akibat erupsi. Letusan dahsyat gunung itu pun membubungkan abu vulkanik ke udara.
Merespons erupsi besar yang terjadi pada pagi hari itu, tim Emergency Response Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Utara langsung turun tangan bergegas menuju Karo. Dari kota Medan, empat orang relawan ACT bergerak pada Senin (19/2) ba'da dzuhur.
Kepala Cabang ACT Sumut, Ronio Romantika mengatakan, timnya telah bergerak menuju ke lokasi terdampak abu vulkanik paling parah.
Tim Emergency Response dari ACT Sumut akan survei ke lima kecamatan yang kini mengalami gelap gulita akibat hujan abu vulkanik. Kemudian tim akan mendistribusikan bantuan masker, pakaian layak pakai, dan membawa air minum untuk dibagikan ke lokasi terdampak erupsi, ujar Ronio dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/2).
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan bahwa letusan gunung tersebut meletupkan abu vulkanik setinggi 5.000 meter atau lima kilometer ke langit pada Senin (19/2) pagi. Tak hanya abu vulkanik, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho kuga mengatakan erupsi tersebut juga meluncurkan awan panas dari puncak Sinabung.
Awan panas meluncur sejauh 4.900 meter dengan jangkauan ke arah lereng selatan, dan 3.500 meter ke arah timur laut, tulis Sutopo dalam akun Twitternya.
Sementara itu, beberapa relawan dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Sumatera Utara yang bermukim di Kabupaten Karo mengatakan, kondisi gelap gulita masih terjadi sampai Senin (19/2) siang selepas azan zuhur. Kami dapat laporan dari beberapa kawan MRI di Sinabung, kondisi siang ini masih gelap gulita. Hujan abu vulkanik turun deras salah satunya di Kecamatan Payung Karo. Malah abu vulkanik yang turun pun berbarengan dengan batu kerikil ukuran besar dan tajam, kata relawan ACT di Kota Medan, Dani.