Senin 19 Feb 2018 18:16 WIB

Mahasiswa Diminta Kritis Informasi di Medsos

Peran pemerintah sangat penting untuk ikut serta aktif memberikan imbauan.

Rektor Institut Teknologi Bandung Prof. Dr.Ir. Kadarsah Suryadi berbicara saat mengunjungi kantor Redaksi Republika di Jakarta, Rabu (7/9).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Rektor Institut Teknologi Bandung Prof. Dr.Ir. Kadarsah Suryadi berbicara saat mengunjungi kantor Redaksi Republika di Jakarta, Rabu (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Di tengah era digital sekarang ini media sosial yang ada di dunia maya telah menjadi media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara daring yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Media sosial meghapus batasan-batasan manusia untuk bersosialisasi,ruang maupun waktu. Karena dengan media sosial, manusia dimungkinkan untuk berkomunikasi satu sama lain dimanapun mereka bereda tanpa mengenal jarak dan waktu

Namun, media sosial juga menjadi lahan subur bagi orang–orang tak bertanggung jawab untuk melakukan tindak kriminal seperti penipuan, cybercrime serta penyebaran berita palsu/hoaks dan provokatif yang saat ini marak terjadi. Penyebaran hoaks dan isu provokatif menjadi suatu isu dan perbincangan hangat  karena dianggap meresahkan publik karena juga dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat yang juga dapat memecah belah bangsa

Untuk itu di  era digital, yang merupakan era informasi yang sangat cepat beredarnya berbagai macam informasi maka masyarakat dan generasi muda diminta berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Hal ini agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang berkembang di media sosial. 

“Saya titip kepada masyarakat umum dan para generasi muda untuk bertindak lebih dewasa, jangan mudah termakan isu yang tidak jelas, terutama dari media sosial. Jangan mudah larut dalam suatu isu yang akan membawa kepada sesuatu yang tidak menguntungkan bagi kita terutama terhadap bangsa ini,” ujar Prof Dr Ir Kadarsah Suryadi, beberapa waktu lalu.

Dikatakan Rektor ke-16 ITB ini, hal tersebut diperlukan agar masyarakat Indonesia dapat mempertahankan keutuhan masyarakat dan bangsa ini. Karena tanpa kita sadari banyak bangsa atau negara di luar sana yang bahagia kalau melihat negara Indonesia ini tidak aman, oleh karena itu merupakan tanggung jawab masyarakat Indonesia untuk mengamankan negara ini.

“Salah satunya tadi, jangan mudah termakan isu-isu yang tidak jelas. Maka bertindaklah dewasa dalam menyingkapi berbagai macam informasi yang beredar melalui media sosial ataupun media lainnya,” ujar pria kelahiran Kuningan ini.

Dirinya menilai peran pemerintah sangat penting untuk ikut serta aktif dalam menghimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh hoaks di media sosial. Drinya melihat dari Kementerian Komunikasi dan Informatika dan kementerian lainnya sudah sangat aktif, berperan seperti menjadi audiens ke berbagai perguruan tinggi  dan di acara publik lainnya.

Hal tersebut  untuk memberikan pembelajaran tentang pentingnya masyarakat untuk waspada terhadap media sosial terutama terhadap berita-berita yang tidak benar. Dan dirinya menyebut dengan CIS yakni Commitment, Enforcement, Support.

“Jadi Commitment baik dari pemerintah, perguruan tinggi dan juga masyarakat itu harus ada. Enforcement, itu harus melibatkan semua pihak untuk mengkampanyekan pentingnya kita menyikapi berbagai isu yang muncul di media sosial dan Support itu harus adanya peraturan, lalu adanya forum-forum yang kita pergunakan untuk bisa memberikan pencerahan kepada semua pihak,” ujarnya..

Untuk itu pria yang pernah menjabat Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB ini juga meminta perlunya adanya ketegasan dari pemerintah berupa sanksi yang tegas dan aturan yang jelas agar berita hoaks dan isu provokatif lainnya tidak muncul di media sosial. “Dan ini harus disosialisasikan supaya semuanya bisa tahu tentang apa yang digariskan dalam peraturan itu,” ujarnya

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement