Senin 19 Feb 2018 16:20 WIB

Pelajar Sukabumi Ikut Simulasi Penanganan Gempa

Diharapkan dengan ikut simulasi para pelajar tidak panik saat terjadi bencana.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Gita Amanda
Rumah warga di Kampung Pangkalan RT 23 RW 05 Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi rusak berat akibat gempa 6,1 SR Lebak Banten Selasa (23/1).
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Rumah warga di Kampung Pangkalan RT 23 RW 05 Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi rusak berat akibat gempa 6,1 SR Lebak Banten Selasa (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sejumlah pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Sukabumi mengikuti simulasi penanggulangan bencana gempa bumi. Kegiatan ini digagas karena seringnya guncangan gempa melanda wilayah Sukabumi dalam setahun terakhir.

Simulasi penanggulangan gempa bumi ini digelar di SMA Pesantren Unggulan Albayan Putri, di Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi, pada Sabtu (17/2) lalu. Kegiatan tersebut mendapatkan dukungan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.

"Pendidikan kebencanaan berbasis sekolah melalui kegiatan simulasi ini sangat penting," terang Humas PMI Kabupaten Sukabumi, Atep Maulana kepada wartawan Senin (19/2). Khususnya ditujukan kepada semua warga belajar yakni para siswa yang ada di sekolah.

Terlebih, ungkap Atep, Kabupaten Sukabumi merupakan daerah rawan bencana alam terutama dengan banyaknya rentetan gempa bumi akhir-akhir ini. Gempa terakhir terjadi pada Jumat (16/2) dengan kekuatan 5.1 Skala Richter (SR).

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa tepatnya terjadi pada Jumat malam pukul 20.28 WIB. Lokasi gempa berada pada titik 7.89 LS - 106.47 BT dengan kedalaman 10 kilometer serta berpusat di 118 kilometer Barat Daya Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Menurut Atep, pelaksanaan simulasi ini diharapkan bisa mengetahui kesiapsiagaan bencana di sekolah dan bisa melakukan evakuasi mandiri jika terjadi bencana. Selama ini kata dia anak yang berada di sekolah kerap menjadi korban atau belum bisa menyelamatkan diri sendiri bila terjadi bencana.

Oleh karena itu, kata Atep, simulasi dinilai merupakan salah satu cara yang tepat untuk memberikan pendidikan tentang kesiapsiagaan bencana di sekolah. Harapannya, kata dia, munculnya korban jiwa akibat bencana bisa ditekan semaksimal mungkin.

Perwakilan SMA Pesantren Unggul Al Bayan Putri, Khusnul Khotimah menerangkan sekolah sengaja mengadakan kegiatan simulasi ini seiring intensitas bencana gempa yang sering terjadi di Sukabumi. "Harapannya dengan diberikan pendidikan kesiapsiagaan bencana sejak dini, diharapkan para pelajar tidak panik saat terjadi bencana," imbuh dia.

Khusnul mengatakan diharapkan dengan kegiatan ini, pelajar bisa membuat jalur evakuasi di sekolah. Selain itu bisa menyelamatkan diri dan juga mampu meminimalisir dampak dari bencana tersebut.

Salah seorang pelajar SMA Albayan Putri Siti Aulia Arinindita menuturkan, simulasi penanganan gempa ini sangat positif diberikan kepada para siswa. Selepas acara simulasi kata dia maka pelajar menjadi tahu langkah-langkah yang harus dilakukan.

"Terkadang kalau ada gempa suka panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan," cetus dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement