Senin 19 Feb 2018 05:13 WIB

Panasnya Cawapres dan Pilihan Rasional Jokowi

Nama Jusuf Kalla masih menjadi kandidat cawapres paling kuat pada Pilpres 2019.

Rep: Ronggo Astungkoro, Dessy Suciati Saputri/ Red: Elba Damhuri
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Foto:

Untuk wapres berlatar belakang militer, tiga nama yang paling menonjol adalah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan popularitas sebesar 71,2 persen. Sementara mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo memiliki popularitas 56,5 persen dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dengan popularitas 18,0 persen.

Dari bursa cawapres dari latar belakang parpol, ada dua nama yang muncul, yaitu Ketum Golkar Airlangga Hartarto dengan popularitas 25 persen dan Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan yang punya popularitas 16 persen.

Yang jelas, Jusuf Kalla sudah menyatakan penolakannya untuk maju lagi sebagai kandidat calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo untuk Pilpres 2019. JK ingin membuka pintu lebar bagi generasi muda untuk maju termasuk menjadi kandidat cawapres Jokowi.

Pilihan Jokowi

Politikus PDI Perjuangan Maruarar Sirait melihat ada dua hal yang dapat dijadikan pertimbangan oleh Presiden Jokowi dalam memilih cawapres. Dua hal itu terkait elektabilitas dan kualitas hubungan. "Sekarang Pak Jokowi maunya apa dulu? Mau memilih wapres berdasarkan apa? Elektabilitas? Kalau iya, itu bisa terukur," ujar Maruarar.

Dia menjelaskan, jika Jokowi berdasarkan survei elektabilitasnya sudah tinggi, ia sudah tidak membutuhkan pasangan yang elektabilitasnya tinggi. Namun, kalau elektabilitasnya dalam survei rendah, Jokowi harus memikirkan hal itu.

Kedua, terkait kualitas hubungan. Hubungan antara presiden dan wapres agar bisa harmonis, kompak. Dari konteks pilkada saja, lanjut Ara, banyak calon kepala daerah dan wakilnya yang pejawat berpisah. Itu berarti mereka sempat bersama-sama tapi akhirnya berbeda. Karena itu, hubungan ke depan akan menjadi sangat penting.

"Ketiga, yang bisa memenuhi keduanya tadi. Dari kualitas hubungan dan elektabilitasnya baik," kata dia. Saat ini, berdasarkan beberapa survei lembaga politik, elektabilitas Jokowi masih berada di level 40-50 persen atau dengan kata lain masih riskan. Elektabilitas Prabowo berada pada level 20-30 persen.

JK juga sempat menyinggung kandidat cawapres yang pantas mendampingi Jokowi. Menurut JK, sosok yang bisa mendampingi Joko Widodo harus memiliki dua syarat, yakni dapat membantu keterpilihannya dan membantu pekerjaan Presiden.

"Ya, saya kira memang semua tokoh berbeda-beda pengalamannya, caranya, tapi bagaimana semua tokoh bisa membantu keterpilihannya. Kedua, membantu dalam hal pekerjaan nanti. Dua-duanya mungkin ada yang punya syarat itu," ujar pria asal Bugis tersebut, Selasa (13/2).

Meski sudah memberikan syarat-syarat itu, JK mengaku belum memiliki nama yang akan diusulkan untuk menjadi calon wakil presiden. Dia kembali menegaskan, dua syarat itu menjadi penting dimiliki, yakni memiliki elektabilitas tinggi yang mampu mendulang suara tinggi dan bisa bekerja dengan efektif dan benar. "Tentu yang bisa memperluas jangkauan keterpilihan," ujar Jusuf Kalla.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement