Sabtu 17 Feb 2018 11:56 WIB

PBB Minta Polisi Transparan Ungkap Kasus Penganiayaan Ulama

Jika kepolisian tak serius menangani ini maka akan mengganggu stabilitas sosial.

Tampak awak media di lokasi serangan orang tak dikenal di Gereja Santa Lidwina, Sleman.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Tampak awak media di lokasi serangan orang tak dikenal di Gereja Santa Lidwina, Sleman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Partai Bulan Bintang (PBB) meminta aparat kepolisian untuk transparan dalam mengungkap kasus penganiayaan terhadap ulama dan pemuka agama lainnya. "Maraknya kejadian penganiayaan, bahkan sampai menghilangkan nyawa tokoh agama ini terjadi dalam waktu yang berdekatan. Seperti ada sebuah rangkaian peristiwa yang di-running. Tapi mudah-mudahan anggapan ini salah," kata Sekjen PBB Afriansyah Ferry Noer dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (17/2).

Menurut dia, jika pihak kepolisian tidak menangani masalah ini dengan serius maka akan mengganggu stabilitas sosial yang bisa berimbas kepada kestabilan negara akibat satu sama lain saling curiga. Terlebih, sejumlah pelaku penyerangan dalam waktu cukup singkat dinyatakan gila. 

Hal ini, kata Ferry, yang menyebabkan masyarakat curiga terhadap pola penanganan kasus-kasus tersebut meskipun Polri mengklaim telah menangani masalah ini secara proporsional dan profesional. "Vonis gila bagi pelaku ini membuat kami risau dan khawatir. Apalagi yang diserang itu ulama dan ustaz serta tokoh-tokoh agama," ujar Ferry.

Beberapa waktu terakhir, terdapat sejumlah serangan terhadap pemuka agama. Serangan pertama menimpa pengasuh Pondok Pesantren al-Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1). Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 yang menyebabkan Ustaz Prawoto, komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) meninggal dunia.

Tak lama sesudahnya, seorang pria yang dikatakan bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At-Tawakkal, Kota Bandung. Ia mengancam sejumlah santri dengan pisau yang dibawanya. 

Pada Ahad (11/2), pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang. Keesokan harinya, terjadi perusakan masjid di Sukabumi dan Tuban.

"Untuk itu, saya meminta kepada kapolri dan jajarannya melakukan fungsi dan tugasnya menjaga keamanan dan ketenteraman bagi seluruh warganya. Jangan sampai warga masyarakat resah dan main hakim sendiri bahkan sampe curiga dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak ingin Indonesia damai, aman, dan tenteram," kata Ferry.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement