Sabtu 17 Feb 2018 05:03 WIB

Parpol dan Nalar Politik Rente

Pimpinan partai atau pendiri partai sering kali berlaku bak pemilik perusahaan.

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak
Foto:

Politik altruisme

Bila ada salah satu kesuksesan demokrasi Indonesia di tengah nalar politik rente para elitenya, adalah publik yang sadar terhadap peran penting mereka sebagai bagian dalam proses demokrasi, meskipun ongkos yang harus kita bayar sangat mahal.

Publik Indonesia masih didominasi oleh mereka-mereka yang terpapar pandemik 'virus' politik nalar rente sehingga setiap momentum 'pesta demokrasi’ selalu dimanfaatkan sebagai alat untuk berburu rente dari politisi yang hendak berkompetisi.

Namun, tidak sedikit pula, publik Indonesia, khususnya kelas menengah yang mulai membangun kesadaran kolektif untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi nalar politik altruisme, dan kesadaran kelas menengah ini adalah asa bagi Indonesia.

Apalagi, era sosial media menjadi instrumen penting dalam membangun kesadaran nalar politik altruisme untuk melawan nalar politik rente yang masih mendominasi. Kesadaran kolektif kelas menengah ini harus digerakkan dan dimobilisasi untuk melawan nalar politik rente tersebut.

Tujuannya agar kelompok yang lebih besar dan nyaris tidak peduli dengan praktik politik selama ini, bangkit bersama. Media sosial adalah kunci untuk menyebar kesadaran nalar politik altruisme tersebut, yakni kesadaran bahwa politik adalah jalan menebar gagasan hidup bersama yang lebih baik.

Kesadaran bahwa politik adalah perjuangan nilai dan idealisme masa depan, di mana manusia Indonesia sebagai subjek dan objek utama dari politik itu sendiri, sehingga terbangun masyarakat yang menurut Gunar Myrdal, memiliki watak hard culture, di mana kedisiplinan, komitmen terhadap janji, dan berbagai nilai-nilai berkemajuan lainnya menjadi mental utama masyarakatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement