REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Nursyamsi
Pada Sabtu (10/2) malam, Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi tiba di Kota Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur. Di sela-sela kesibukannya sebagai gubenur NTB, aktivitas dakwah, dan silaturahim tidak pernah dia lupakan begitu saja saat akhir pekan tiba.
Bagi pria yang akrab disapa TGB, undangan sejumlah pondok pesantren (ponpes) dan komunitas masjid merupakan sebuah kehormatan yang sebisa mungkin dia penuhi. Perjalanan TGB selalu dimulai dengan shalat Subuh berjamaah dan memberikan kajian Subuh.
Pun dengan kali ini, Masjid al-Falah Surabaya, menjadi lokasi pertama bagi TGB memulai hari. Ribuan jamaah memadati masjid ini dan begitu khusyuk mendengarkan setiap perkataan yang terlontar dari TGB.
TGB mengajak jamaah menjaga tradisi shalat Subuh berjamaah seperti ini. TGB menilai, shalat Subuh tidak sekadar diartikan sebagai menjalankan perintah Allah SWT, melainkan juga mengambil makna yang terkandung di dalamnya sebagai stimulus bagi setiap jamaah untuk menyebarkan energi kebaikan.
"Shalat Subuh boleh paling sedikit rakaatnya, tapi karena di awal, dia menjadi pembuka maka kunci. Jadikan shubuh sebagai inspirasi, awal yang paling baik menjadi semangat kita," kata TGB.
Dari Masjid al-Falah, TGB melanjutkan perjalanan dengan menyambangi kediaman pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, KH Agoes Ali Masyhuri. Kehadiran TGB disambut dengan suka cita Gus Ali, begitu akrab Disapa.
Gus Ali mengaku senang kedatangan seorang Tuan Guru dari Lombok yang juga sedang diberikan amanah memimpin NTB selama dua periode. Gus Ali sempat berkunjung ke Lombok beberapa waktu lalu saat Musyawarah Nasional (Munas) Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok, tapi tidak sempat bertemu dengan TGB. Gus Ali berjanji akan kembali ke Lombok dan menyambangi kediaman TGB.
"Tak turoni omahmu sesok (saya menginap di rumahmu besok)," ujar KH Ali dengan gayanya yang khas.
Setelah dari Bumi Shalawat, TGB bersilaturahim dengan Pengasuh Bahauddin al-Islamy KH Sholeh Qosim di Ponpes Bahauddin al-Islamy, Sidoarjo. Meski usianya sudah menyentuh 88 tahun, KH Sholeh masih tampak semangat saat berbincang berbagai hal dengan TGB. KH Sholeh mendoakan TGB diberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya.
Selepas dari Sidoarjo, TGB melintasi Jembatan Suramadu untuk bersilaturahim dengan sejumlah ponpes di Madura, mulai dari Ponpes Syaikhona Kholil, Bustanul Huffadz, Bata-Bata, Nurul Karomah, al-Hamidy, an-Nuqayyah, hingga al-Amin. Tak hanya ponpes, TGB juga diminta menjadi pembicara dalam kuliah umum di STAI al-Khairat dan STAIN Pamekasan, serta mengukuhkan Ikatan Alumni al-Azhar untuk daerah Madura.
TGB mengaku bersyukur dapat bersilaturahim dengan para kiai yang telah berkontribusi sangat besar dalam membangun bangsa dan juga mendidik generasi muda. Sebagai anak pesantren, TGB menganggap para kiai tersebut sebagai gurunya.
TGB menyebutkan silaturahim kebangsaan, keislaman, dan keilmuan merupakan salah satu tradisi baik dalam mengokohkan anak bangsa dengan cara memberikan pemahaman keagamaan kepada umat yang lebih kuat dan menumbuhkan semangat mencintai ilmu karena bangsa yang kuat ialah bangsa yang ilmunya kuat dan kokoh.
"Semoga para kiai ini diberikan kesehatan, umur yang panjang, dan selalu diberkahi Allah SWT," kata TGB.
Dalam setiap kesempatan, TGB selalu mengajak umat Islam menumbuhkan semangat cinta terhadap bangsa Indonesia dengan sepenuh hati. Sebab, kata dia, selain sebagai rumah besar bagi anak bangsa, mencintai Indonesia juga merupakan fitrah.
"Mencintai negara atau hubbul wathan merupakan bagian dari ajaran Islam. Negara Indonesia ini adalah karunia dari Allah dan cara mencintai karunia Allah adalah dengan menjaganya," ujar TGB. (Pengolah: nashih nashrulah).