REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan belum semua pengungsi pulang sejak status Gunung Agung diturunkan. Penurunan status menjadi Siaga (tingkat III) diberlakukan pada Sabtu (10/2).
"Sejak status Gunung Agung diturunkan menjadi Siaga, semua pengungsi boleh pulang ke rumahnya. Saat ini masih proses pemulangan pengungsi," kata Sutopo melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (6/2).
Sutopo mengatakan hingga Selasa masih terdapat 5.445 jiwa yang masih mengungsi dan tersebar di 146 titik pengungsian. Ada beberapa alasan pengungsi belum pulang. Jembatan, jalan dan rumah yang rusak serta keterbatasan modal untuk memulai bekerja di lahan pertanian yang telah ditinggal selama lima bulan mengungsi menjadi beberapa sebab.
"Selain itu, ada yang masih khawatir Gunung Agung akan meletus kembali seperti pada November 2017 yang saat itu sudah diturunkan statusnya menjadi Siaga," tuturnya.
Sebanyak 33 kepala keluarga atau 132 jiwa masih mengungsi karena jembatan rusak. Mereka adalah warga di sekitar Gunung Agung dari Desa Adat Bukit Galah, Dusun Sogra, Desa Sebudi yang mengungsi di Dusun Tegeh, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat.
"Mereka tidak dapat kembali ke rumahnya karena jalan satu-satunya menuju desanya rusak. Perlu perbaikan darurat agar warga dapat pulang ke rumahnya," katanya.
Bali tetap aman meskipun Gunung Agung kembali meletus pada Selasa dengan tinggi kolom asap dan abu sekitar 1.500 meter. Gunung Agung meletus pada pukul 11.49 WITA setelah penurunan status dari Awas (tingkat IV) menjadi Siaga (tingkat III).
"Aktivitas masyarakat berjalan dengan normal. Tidak ada dampak merusak dan penerbangan dari erupsi. Gunung api dengan status Siaga dapat meletus kapan saja, tetapi dengan letusan yang tidak besar," kata Sutopo.