Sabtu 10 Feb 2018 12:24 WIB

PVMBG Turunkan Status Gunung Agung

Zona bahaya juga diturunkan dari enam kilometer menjadi empat kilometer

Asap keluar dari kawah Gunung Agung yang masih berstatus awas di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (23/1).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Asap keluar dari kawah Gunung Agung yang masih berstatus awas di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, dari Level IV (Awas) ke Level III (Siaga) pada Sabtu pukul 09.00 WITA. Zona bahaya juga diturunkan menjadi empat kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.

"Dengan penurunan status ini, zona perkiraan bahaya juga diturunkan dari yang awalnya enam kilometer menjadi empat kilometer dari kawah puncak Gunung Agung," ujar Menteri ESDM, Ignasius Jonan, setelah memimpin rapat di Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (10/2).

Menteri Ignasius Jonan menjelaskan, setelah penurunan status ini, maka seluruh yang masih berada di posko pengungsian dapat kembali ke kediamannya dalam waktu segera. "Pada saat ini, kegiatan aktivitas masyarakat juga telah dinyatakan aman dari gangguan aktivitas Gunung Agung, sehingga warga bisa kembali ke kampung halamannya masing-masing," ujarnya.

Sementara itu, Kepala PVMBG, Kasbani menyatakan, penurunan status tersebut berdasarkan hasil pengamatan PVMBG terhadap perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Agung yang relatif menurun secara signifikan. Semua data dan informasi menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Agung telah menurun.

"Volume kubah lava di permukaan kawah juga tidak mengalami perubahan berarti, yaitu masih sekitar 20 juta meter kubik," ujarnya.

Kasbani menambahkan, pengukuran 'tiltmeter' menunjukkan pola inflasi (penggembungan) dengan laju rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa akumulasi tekanan di Gunung Agung masih terjadi, namun belum signifikan.

"Citra satelit termal juga menunjukkan adanya penurunan temperatur di permukaan kubah lava. Hal ini mengindikasikan berkurangnya laju aliran magma ke permukaan," ujar Kasbani.

Menurut Kasbani, Gunung Agung masih tetap berpotensi mengalami erupsi kembali, "Namun kami perkirakan apabila Gunung Agung kembali erupsi, maka skala eksplosivitasnya rendah," katanya.

Dalam kurun satu bulan terakhir, frekuensi kejadian erupsi Gunung Agung mengalami penurunan. Erupsi terakhir terjadi pada 24 Januari 2018 dan ketinggian kolom erupsi maksimal dalam satu bulan terakhir adalah 2.500 meter yang terjadi pada 19 Januari 2018.

Sementara itu, aktivitas masyarakat sejak terjadi pengurangan radius kawasan rawan bencana menjadi hanya 6 kilometer dari puncak kawah, tampak sudah relatif pulih, termasuk di pusat kota (Amlapura), meski puncak gunung sering diselimuti awan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement