REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral secara resmi menurunkan status Gunung Agung dari level IV (awas) ke level III (siaga). Kepala PVMBG, Kasbani mengatakan keputusan ini berdasarkan hasil analisis data visual dan kegempaan, serta memerhatikan potensi ancaman bahaya Gunung Agung.
"Meski status sudah diturunkan, Gunung Agung masih berpotensi erupsi, sehingga semua pihak diharapkan tetap siaga, kata Kasbani, Sabtu (10/2).
Kasbani mengatakan radius aman Gunung Agung diturunkan dari enam kilometer (km) menjadi empat km dari puncak kawah. Dalam kurun waktu sebulan terakhir, frekuensi erupsi menurun, terakhir 24 Januari 2018 atau sekitar 17 hari lalu.
Volume kubah lava di permukaan kawah tidak mengalami perubahan signifikan, masih berkisar sekitar 20 juta meter kubik atau sepertiga volume kosong kawah. Tren kegempaan 2018 cenderung menurun, meski sesekali masih berfluktuasi.
"Energinya belum signifikan, sehingga jika erupsi dampaknya diperkirakan lebih sempit ketimbang erupsi November 2017," ujar Kasbani.
Deformasi gunung suci umat Hindu Bali tersebut relatif stagnan dan lajunya rendah. Ini mengindikasikan akumulasi tekanan akibat pergerakan magma masih terjadi, namun belum signifikan.
Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar hari ini menunjukkan tidak terdapat adanya aktivitas kegempaan di sekitar Gunung Agung selama 24 jam terakhir. Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, M Taufik Gunawan mengatakan data satelit juga tidak mengidentifikasi daerah yang terdampak abu vulkanis.
"Hasil analisis sebaran abu vulkanis Gunung Agung yang berindikasi mengganggu penerbangan dan bandara juga tidak teridentifikasi," katanya.
Jumlah pengungsi Gunung Agung sampai hari ini mencapai 19.031 jiwa yang tersebar di 177 titik. Pengungsi di Karangasem mencapai 10.458 jiwa di 88 titik, disusul pengungsi Buleleng (3.076 jiwa di sembilan titik), Klungkung (3.040 jiwa di 32 titik), Bangli (548 jiwa di dua titik), Tabanan (570 jiwa di delapan titik), Denpasar (139 jiwa di dua titik), Gianyar (405 jiwa di delapan titik), Badung (590 jiwa di lima titik), dan Jembrana (205 jiwa di 23 titik).