REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendata, terdapat sekitar 22 titik longsor dari kawasan Megamendung sampai Rumah Makan Rindu Alam. Apabila tidak segera dilakukan antisipasi lanjutan, potensi longsor susulan semakin tinggi.
Kepala Badan Geologi ESDM, Rudy Suhendar, menjelaskan, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah penertiban terhadap penggunaan lahan. "Karena tidak bisa memindahkan batuan longsor, upaya ini adalah paling memungkinkan," tuturnya saat ditemui di lokasi longsor Riung Gunung, Bogor, Rabu (7/2).
Antisipasi lain yang bisa dilakukan adalah pembatasan kendaraan bermotor. Baik mobil maupun motor, memberikan kontribusi berupa getaran terhadap tanah kawasan Puncak yang memang sudah rentan terhadap pergerakan tanah sampai menyebabkan longsor.
Rudy memperkirakan, penutupan jalur puncak akan berlangsung lebih dari 10 hari. Sebab, sepanjang bulan Februari ini, intensitas hujan diperkirakan masih tinggi sampai akhir Maret.
Selain kendaraan, beratnya beban bangunan permanen di lereng menjadi faktor penyebab longsor. "Kami sarankan jangan ada bangunan di tebing, baik di bawah maupun atasnya, karena rentan longsor," ujar Rudy.
Sementara itu, Perekayasa Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Imam Santosa, menjelaskan, titik longsor terparah sebenarnya bukan di Riung Gunung, melainkan Desa Cisuren yang masih berada di kawasan Cisarua, Bogor.
Hanya saja, karena Desa Cisuren tidak berada di jalur utama, berita tentang Riung Gunung lebih besar. "Dampak di sana pun tidak terlampau besar, tidak ada korban jiwa," ucap Imam ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (7/2).
Dari hasil kajian ini, Imam menuturkan, pihaknya akan memberikan peta rawan longsor ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor. Peta juga akan diberikan sampai tingkat kecamatan untuk disebarkan ke masyarakat.
Tidak hanya peta, Imam mengatakan, akan ada sejumlah rekomendasi yang diberikan ke pihak terkait. Di antaranya, penutupan jalan raya dari kendaraan bermotor, penguatan lereng dengan cara terasering sampai penataan saluran drainase air.
Terkait keberadaan pedagang kaki lima di tebing, Imam juga menganjurkan agar tidak mendirikan bangunan di bawah maupun atas tebing. "Karena akan menambah beban pada tanah," tuturnya.
Imam mengungkapkan, geologi di kawasan Puncak merupakan batuan api tua yang memiliki lava. Tanah yang ada pun telah mengalami pelapukan dengan ketebalan dua hingga tiga sentimeter. Saat diguyur hujan dengan intensitas tinggi dan beban berat di atasnya, tanah mudah bergerak seiring dengan bebatuan dan menyebabkan longsor.