Rabu 07 Feb 2018 17:49 WIB

Azwar Anas Paparkan Strategi Pengembangan Wisata Banyuwangi

Banyak festival di Banyuwangi lahir dari dan muncul dari inisiatif masyarakat.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.
Foto: dokpri
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan sejumlah strategi dan keunikan dalam pengembangan pariwisata di daerah paling timur Pulau Jawa itu hingga mencapai kemajuan seperti saat ini.

Anas dalam pemaparan pada diskusi untuk peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2018 di Kota Padang, Sumatera Barat, Rabu mengatakan pengembangan pariwisata Banyuwangi cukup cepat dilakukan karena konsepnya yang unik, yaitu semuanya berbasis partisipasi publik, sehingga warga ikut memiliki program tersebut. 

"Banyuwangi itu tidak seperti daerah wisata yang sudah sangat besar yang lebih bertumpu ke swasta dan pemerintah," kata Anas sebagaimana dikutip keterangan tertulis Pemkab Banyuwangi.

Selain Anas, tampil sebagai pembicara dalam diskusi diikuti ratusan pelaku pariwisata Sumatera Barat itu Gubernur NTB M Zainul Majdi. 

Anas mencontohkan, banyak festival di Banyuwangi yang berbasis adat, lahir dari dan muncul dari inisiatif masyarakat, dan pemerintah tinggal memfasilitasi pelaksanaannya.

"Jadilah festival spektakuler yang mendatangkan ribuan orang, menggerakkan ekonomi rakyat secara langsung," katanya.

Contoh festival berbasis tradisi rakyat, kata dia, antara lain Festival Gandrung Sewu, Tumpeng Sewu, ritual Kebo-keboan, dan Tari Seblang. "Semua festival itu telah mampu menyedot ribuan wisatawan untuk datang ke Banyuwangi di setiap pergelarannya," ujar Anas.

Dengan konsep partisipasi tersebut, katanya, maka tumpuan pariwisata di Banyuwangi ada di masyarakat desa. Dengan demikian, Banyuwangi intens menggerakkan wisata berbasis desa yang sekaligus menjadi alat pemerataan pembangunan. 

"Ternyata itu efektif, ada desa wisata berbasis seni-budaya, berbasis wisata bahari, berbasis wisata alam, berbasis hasil pertanian, dan sebagainya," ujar Anas. 

Pengembangan wisata berbasis desa juga membuat Indeks Desa Membangun (IDM) Banyuwangi dari Kementerian Desa menjadi yang terbaik kedua di Jawa Timur. Banyuwangi berhasil meningkatkan kategori "desa maju" menjadi 134 desa (2016) dari sebelumnya 40 desa (2010) dengan jumlah "desa tertinggal" kini tinggal satu desa.

Anas menambahkan, dengan berbasis partisipasi masyarakat, semua potensi warga dikerahkan."Kami berangkat bareng-bareng dari nol. Misalnya cara bakar ikan yang baik, warung-warung kami latih. Kami latih warga yang buka homestay, bagaimana penataan toilet, bagaimana melipat seprei. Bahkan ada kursus bahasa asing gratis untuk sekitar 3.000 warga desa tiap tahunnya. Susah, tapi ya harus dilakukan untuk membuat pengembangan pariwisata ini berakar di masyarakat," kata bupati muda yang banyak meraih penghargaan ini.

"Itulah seninya, itulah uniknya pengembangan pariwisata Banyuwangi," katanya.

Berkat pariwisata, kata dia, ekonomi Banyuwangi bertumbuh. Kunjungan turis domestik meningkat dari 497.000 (2010) menjadi 4,01 juta (2016), sementara wisatawan mancanegara dari 5.205 (2010) menjadi 74.800 turis (2016). 

"Semua itu mendorong peningkatan pendapatan per kapita warga melonjak dua kali lipat dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp41,5 juta per orang per tahun (2016). Kemiskinan turun cukup pesat di level 8 persen, jauh lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Jatim yang masih tembus di atas 11 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement