REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Hasil studi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) memperlihatkan, ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu terjadinya longsor di jalur Puncak, Bogor, Senin (5/2). Di antaranya, faktor geologi, morfologi, vegetasi dan keairan.
Perekayasa Madya PVMBG, Imam Santosa, menjelaskan, geologi di jalur Puncak adalah bebatuan api tua, jadi memiliki lava. Tanahnya pun terjadi pelapukan dengan ketebalan dua sampai tiga centimeter. Korositas di sini tinggi, sehingga mudah jenuh air, tuturnya ketika ditemui Republika.co.id di Riung Gunung, Bogor, Selasa (6/2).
Kondisi ini diperparah oleh hujan dengan intensitas tinggi pada Ahad (4/2) hingga Senin pagi. Air hujan yang terus mengguyur, tanah menjadi mudah bergerak, seiring dengan bebatuan hingga akhirnya menyebabkan longsor.
Faktor kedua adalah morfologi, di mana kawasan Puncak ini memiliki kontur perbukitan yang curam. Kondisi ini mengakibatkan kemungkinan longsor semakin besar.
"Keairan juga menjadi faktor penunjang longsor. Banyak percikan air pada tebing yang diakibatkan tidak adanya penataan keairan baik. Akibatnya, bebatuan dan tanah yang jenuh air itu semakin mudah bergerak," ucap Imam.
Faktor yang tidak kalah penting adalah perubahan tata ruang. Menurut Imam, longsor yang merupakan salah satu bencana geologi ini banyak dipengaruhi oleh ulah manusia, di samping alam.
Atas saran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang merekomendasikan pemangkasan tebing untuk menghindari bencana longsor berikutnya, Imam memberikan satu poin anjuran. "Pastikan drainase baik, terasering juga dibangun dengan kokoh dan dilakukan penguatan lereng," ucapnya.
Imam juga merekomendasikan agar jumlah kendaraan yang melintas di jalur Puncak ini bisa dikurangi. Sebab, getaran dari kendaraan bermotor mengakibatkan konstruksi tanah dan bebatuan semakin lemah untuk menahan gerakan tanah. Dampaknya, kemungkinan longsor kian besar.