Selasa 06 Feb 2018 02:46 WIB

Pemulihan Pasien Campak Asmat Berjalan Baik

Masyarakat Asmat perlu dijaga agar tidak kembali ke pola hidup kurang sehat.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Foto udara hamparan rumah di atas rawa dan sungai di kota Agats Kabupaten Asmat, Papua, Senin (29/1).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Foto udara hamparan rumah di atas rawa dan sungai di kota Agats Kabupaten Asmat, Papua, Senin (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat masa pemulihan kesehatan pasien campak dan gizi buruk yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Agats Kabupaten Asmat, Papua, berjalan baik. Penguatan Puskesmas dan kesehatan lingkungan menjadi fokus tindak lanjut Kemenkes berikutnya.

Dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yaitu Dimas Dwi Saputro, Fathih Juandi Pohan, dan M Kurniawan T Kadafi yang bergabung dalam Flying Health Care (FHC) gelombang I memastikan, kondisi pasien pulih. Terlihat dari keadaan umum seperti keluhan berkurang, asupan makan dan minum bertambah, dan kenaikan berat badan mereka, kata Dimas yang bertugas pada 17-25 Januari 2018 lalu seperti dalam keterangan tertulis yang diterima.

Dari sisi klinis, kata dia, respons perbaikan gizi nampak cepat. Asupan makanan untuk akselerasi capaian perbaikan gizi serta kalori untuk mengejar pertumbuhan badan kepada pasien gizi buruk di RSUD Agats, dinilainya sudah sesuai.

Sepanjang pengamatannya di distrik Fumiripits dan Suru-Suru, sebagian besar pasien campak dan gizi buruk memang membaik kondisinya. Namun, ada kecenderungan kembali lagi ke pola hidup alamiahnya di hutan. Ia menegaskan, peran pola makan keluarga berpengaruh besar pada gizi anak.

"Masyarakat bisa mengubah pola hidup dengan memperhatikan kesehatan keluarga dan lingkungan. Karena yang menjadi penyebab gizi buruk dan campak itu ada banyak faktor seperti pola makan, tidak perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan tidak menjaga kebersihan lingkungan," ujarnya.

Pengalaman membantu pemulihan kasus gizi buruk di Asmat memperlihatkan, kondisi pasien sudah bagus dan diperbolehkan pulang, tetapi beberapa waktu kemudian pasien tersebut kembali lagi dengan masalah yang sama. Dimas menegaskan, gizi buruk bukan hanya soal makan.

"Pasien sudah kembali ke kampung, tapi balik lagi ke rumah sakit dengan gizi buruk. Karena orang tuanya tidak memberi pola makan yang benar dan lingkungan tidak bersih, kata Dimas.

Tim IDAI merekomendasikan kepada pemerintah agar pascapemulangan pasien perlu mengajak kader per distrik untuk datang ke Agats. Tujuannya untuk merawat warga dari distrik yang sama sekaligus dilatih menangani kasus agar tidak terulang dan kader terus dapat melakukan pendampingan perbaikan pola makan anak dan keluarganya.

Diberikan pula antibiotik kepada penderita gizi buruk, vitamin A, vitamin C, vitamin B kompleks serta asam folat. Pemantauan kenaikan berat badan pun dilakukan setiap pagi.

Kepala Badan PPSDM Kesehatan selaku Pembina Wilayah (Binwil) Papua, Usman Sumantri memastikan ada tahapan tindak lanjut yang ditempuh. Selama 3 bulan masa tanggap darurat tetap mengandalkan FHC dan kebutuhan tenaga kesehatan (Nakes) disesuaikan lapangan.

"Setelah tanggap darurat selesai 3 bulan kita sweeping ORI sekaligus penguatan Puskesmas dan kader, baru masuk Nusantara Sehat (NS) untuk menetap minimal satu tahun," ujar Usman.

Persyaratan tenaga kesehatan yang diikutkan menjadi pendamping adalah yang sudah berpengalaman bertugas di Puskesmas. Khusus NS diutamakan yang telah selesai penugasan. Tahap ketiga pada 2 Februari 2018 lalu dikirim 31 orang tenaga kesehatan dan pendukung operasional, 212 kilogram obat-obatan dan perbekalan kesehatan.

Tenaga kesehatan yang diterjunkan terdiri dua dokter spesialis anak, satu dokter spesialis anestesi, satu dokter spesialis gizi klinik, satu dokter spesialis kebidanan dan kandungan, tujuh dokter umum, 10 perawat, satu apoteker, satu ahli gizi, dan satu tenaga surveilans. Sementara tambahan obat-obatan yang dikirimkan untuk mendukung pelayanan kesehatan dasar antara lain ambroxol, amoksisilin, parasetamol, deksametason dan vitamin.

Pengiriman bantuan pertama kali dilakukan oleh Kemenkes pada 15 Januari 2018 lalu. Total bantuan kesehatan yang sudah dikirimkan oleh Kemenkes ke Kabupaten Asmat sampai dengan saat ini mencapai 106 orang tenaga kesehatan dan 589 kilogram obat-obatan, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan bermacam perbekalan kesehatan.

Tahapan penanggulangan campak melalui vaksinasi menyasar anak usia 9-59 bulan. Jumlah yang terlayani hingga 18 Januari sebanyak 2.879 anak (70,8 persen). Total sebanyak 13.337 anak terlayani (31 Januari 2018) dengan 121 anak rawat inap di RSUD Agats dan 57 anak di Aula GPI. Kemudian dilakukan pemenuhan logistik di Puskesmas serta perbaikan penyimpanan vaksin berikut transfer ilmu antar nakes. Upaya penyehatan kesehatan lingkungan dilakukan melalui penyuluhan Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat (STBM) dan cuci tangan pakai sabun, penjernihan air cepat dengan koagulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement