REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius membenarkan mengenai penangkapan teroris di Temanggung baru-baru ini. Menurutya, penangkapan tersebut adalah pekerjaan Detasemen Khusus Anti Teror (Densus) 88 yang sudah mendeteksi mengenai pergerakan terorisme.
Suhardi menuturkan, Densus 88 saat ini juga tengah mengembangkan jaringan teroris ini. Karena bisa jadi akan ada penangkapan baru dari jaringan tersebut, atau jaringan ini ada kaitannya dengan jaringan teroris yang lain.
Suhardi juga belum bisa secara rinci jaringan teroris mana yang telah diamankan oleh Densus 88. Harus ada pemeriksaan lebih lanjut sebelum memutuskannya.
"Yah nanti kita tidak bisa memberikan langsung statement kalau belum ada pemeriksaan," ujar Suhari di Istana Negara, Kamis (1/2).
Sebelumnya, sejumlah barang bukti disita dari lokasi penangkapan terduga teroris di sebuah toko grosir alat tulis, sepatu, dan sandal di Dusun Bengkal Kidul RT 05/ RW 01 Desa Bengkal, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ketua RW 01 Dusun Bengkal Kidul, Desa Bengkal, Kecamatan Kranggan, Slamet Sugiarto, mengatakan selain dua orang yang ditangkap, yakni Agung Nugroho dan Zaenal, tim Densus 88 juga mengamankan sejumlah barang bukti.
Ia menyebutkan barang bukti yang disita, antara lain uang sebanyak Rp 28 juta, beberapa buku, majalah, sejumlah flash disk, KTP, telepon seluler, dan kartu ATM. Tak lama berselang dari penangkapan pertama, Densus 88 kembali melakukan penangkapan pada seorang terduga teroris di Banyumas, Jawa Tengah pada Kamis (1/2).
Penangkapan tersebut merupakan pengembanganan dari penangkapan tiga terduga teroris di Temanggung, Jawa Tengah pada hari yang sama. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal mengatakan, pria bernama Sidik (33 tahun) tersebut berprofesi sebagai pedagang dan beralamat di Karang Pucung, Purwokerto Selatan, Banyumas, Jawa Tengah.
Menurut Iqbal, Sidik diketahui berafiliasi dengan Ageng, seorang terduga teroris yang ditangkap di Temanggung pada hari yang sama. Suhardi menjelaskan penangkapan di tempat yang berbeda ini memang sudah dipersiapkan. Densus 88 sudah pasti melakukan pengintaian lebih dulu.
"Yah tentunya tidak tiba-tiba dong," pungkasnya.