REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Aceh mulai memfokuskan program pengambangan alternatif. Yakni program pengalihan tanaman ganja ke tanaman produktif.
Kepala BNN Provinsi Aceh Brigjen Pol Faisal Abdul Naser di Banda Aceh, Kamis (1/2), mengatakan program ini untuk mengalihkan petani yang selama ini menanam ganja menjadi petani yang menanam tanaman produksi unggulan. "Kami sudah menyusun desain induknya guna mengimplementasikan program alternative development yang menjadi fokus beberapa tahun ke depan," kata Brigjen Pol Faisal Abdul Naser.
Menurut dia, program pengalihan tanaman ganja ke tanaman produktif sebagai upaya mengatasi permasalahan narkotika di Indonesia. Ia mengatakan, produksi ganja dan penyalahgunaannya secara multidimensi merugikan bangsa, baik secara fisik, psikis, sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan bangsa.
Kegagalan mencegah dan menghadang ganja dari Aceh untuk tidak menyebar ke seluruh Indonesia menyebabkan produksi dan penyalahgunaan ganja marak di mana-mana. "Karena itu, tujuan program pengalihan tanaman ganja yang tertuang dalam desain induk alternative development adalah mengentaskan produksi ganja di Provinsi Aceh, terutama di tiga kabupaten, yakni Aceh Besar, Gayo Lues, dan Bireuen," ujar Faisal Abdul Naser.
Sebelumnya, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Kepala BNN Provinsi Aceh Brigjen Pol Faisal Abdul Naser, Bupati Bireuen Saifannur, Wakil Bupati Gayo Lues Said Sani, dan Wakil Bupati Aceh Besar Husaini A Wahab mengikuti pertemuan membahas Grand Design Alternative Development (GDAD) di Jakarta. Dalam pertemuan itu, Gubernur Aceh mengharapkan BNN memfokuskan program pengalihan tanaman ganja tersebut. Program ini juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda Aceh.
"Penyalahgunaan narkotika di provinsi ujung barat Indonesia tersebut sudah beralih dari ganja ke sabu-sabu. Kendati begitu, kami mendukung program pengalihan tanaman ganja," kata dia.
Selain program tersebut, Gubernur juga mengajak aparat penegak hukum mengawasi ketat agar Aceh jangan menjadi tempat transit penyeludupan sabu-sabu. Sebab selama ini yang terjadi, ganja dalam ukuran besar keluar Aceh. Begitu juga dengan sabu-sabu, dari Malaysia masuk Aceh dan diseludupkan ke Jakarta. Ini menurutnya yang harus dicegah.