REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta belum dapat menemukan titik temu setelah bertemu dengan sejumlah sopir Tanah Abang yang melakukan unjuk rasa di depan Kompleks Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (31/1). Ia mengatakan akan melakukan pertemuan lagi pada Jumat (2/2).
"Jumat kita undang lagi di sini setelah shalat Jumat, makan, makan enak dulu," kata Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (31/1).
Sandiaga menjelaskan, aspirasi para sopir angkot telah ditampung dalam pertemuan siang tadi. Baik Pemprov DKI mengakui penyediaan layanan Tanah Abang Explorer di Jalan Jatibaru Raya telah menyebabkan penurunan pendapatan angkot hingga 50 persen.
Sebaliknya, sopir angkot menghargai para pedagang kaki lima (PKL) yang juga mencari mata pencaharian di Jalan Jatibaru. Namun, mereka menuntut adanya keadilan.
Bagi mereka, saat ini Pemprov DKI baru memberikan keadilan bagi para PKL, namun, mengabaikan para sopir angkot. Dalam pertemuan itu, disepakati juga bahwa penataan Tanah Abang harus memuliakan pejalan kaki.
"Kami sebagaimana pengusaha transportasi, kami juga ingin butuh keadilan, itu sepakat juga," kata Sandiaga.
Setelah semua hal di atas disepakati, Sandiaga menyampaikan akan membahas hal ini secara internal terlebih dahulu. Hasil pembahasan itu akan disampaikan pada Jumat.
Hingga menunggu kondisi lebih kondusif, untuk sementara Pemprov DKI menghentikan operasi Tanah Abang Explorer untuk sementara. Kebijakan ini dinilai akan meningkatkan kembali pendapatan para sopir angkot. Namun, ada pihak-pihak lain yang dirugikan.
"Yang dirugikan siapa? Masyarakat, karena masyarakat itu kan sudah menikmati Tanah Abang Expoler, sudah tembus 19 ribu," kata dia.
Menurut Sandiaga, baik Pemprov DKI, Dishub DKI, maupun para sopir angkot sepakat bahwa Jalan Jatibaru tidak akan dibuka kembali.
"Saya bilang oke kalau saya buka. Saya adakan Tanah Abang Expoler terus kamu penghasilannya nggak nambah dukung nggak? Nggak dukung. Itu kan bukan solusi. Solusinya adalah kalau pendapatan mereka naik," kata dia.