Selasa 30 Jan 2018 12:46 WIB

Aher Minta ITB Terlibat Program Citarum Bersih

Gubernur Jaba meminta semua civitas akademika ITB terlibat program Citarum bersih.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bayu Hermawan
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
Foto: Republika/Edi Yusuf
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, meminta semua civitas akademika ITB terlibat dalam program citarum bersih. Yakni, dari mulai mahasiswanya, pakar, dan profesor yang ada di ITB. Semuanya, harus memikirkan secara ilmiah mendalam bagaimana membuat Citarum bersih.

"Harapannya ke ITB, kami berharap semua pihak tetlibat termasuk kaum terdidik ini. Buat lah model, harus gimana, apa yang harus dilakukan," ujar pria yang akrab disapa Aher itu kepada wartawan usai memberikan Kuliah Umum di ITB, Selasa (30/1).

Aher mengatakan, mahasiswa ITB harus memiliki komitmen pada program Citarum bersih tersebut. Bahkan, Aher pun mengajak mahasiswa yang ada di perguruan tinggi lainnya terlibat Citarum. "Presiden akan datang di awal Februari nanti ke Citarum. Yakni, di Situ Cisanti," katanya.

Aher berharap, dengan menggerakan semua elemen maka semua masyarakat akan memiliki kesadaran untuk merawat Citarum dengan baik. Yakni, baik merawat debit airnya, merawat hutannya atau catchment daerah aliran sungai (DAS) dan kualitas air. "Semua, harus menjaga tak mengotori Citarum, ini butuh effort kuat," katanya.

Rencananya, kata dia, gerakan ini akan dicanangkan oleh Presiden Jokowi di Situ Cisanti (Km. 0 Citarum) awal Februari 2018. Gerakan Citarum Harum akan melibatkan semua komponen bangsa dan negara, khsusnya semua pihak yang ada di Jawa Barat.

"Insya Allah, untuk Gerakan Citarum Harum semua komponen bergerak. Makanya saya dan kita semua harus optimis gerakan ini akan berhasil, apalagi ini sudah menjadi agenda kepresidenan," katanya lagi.

Aher mengatakan, penanganan Citarum bisa berhasil apabila dilakukan melalui tiga hal. Yakni, secara Filosofis, Normatif, dan Sosial-Budaya. Pertama, Filosofis, dimana semua pihak atau multisektor bersinergi bersama masyarakat secara terintegrasi dalam wadah koordinasi.

Kemudian, kata dia, kedua yaitu secara normatif. Hal ini dilakukan melalui metode struktur dan nonstruktur. Metode struktur ini dilakukan dalam lingkup konstruktif atau fisik. Di antaranya, melalui Ipal Terpadu untuk limbah domestik dan industri, pembuatan waduk atau embung di hulu, kolam penampungan banjir (retention basin) di hilir, tanggul penahan banjir penghalang sepanjang tepi sungai, normalisasi sungai, serta pembangunan sistem polder dan sumur-sumur resapan.

Sementara Metode Nonstruktur, kata dia, dilakukan melalui Partisipasi Masyarakat dan Penataan Hukum. Seperti, Samsat Citarum dengan Polda Jabar, Patroli Air Berbasis Masyarakat, Kerjasama Penanganan Sampah dengan TNI (Pangdam III/Siliwangi), serta peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat untuk Bank Sampah.

Ketiga, kata dia, langkah Sosial dan Budaya. Caranya melalui alih mata pencaharian, khususnya bagi para petani yang awalnya menanam tanaman semusim jadi menanam tanaman konservasi seperti kopi, Perubahan perilaku permukiman sehat, dan Menghidupkan kembali kearifan lokal yang positif seperti pembentukan masyarakat desa berbudaya lingkungan atau Eco Village.

"Ini (Sosial-Budaya) persoalan kita. Kalau kemudian masyarakat kita sepakat untuk tidak buang apapun (ke sungai), maka sungai kita akan berubah menjadi sungai yang bersih," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement