REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan krisis ikan di Kepulauan Seribu terjadi karena cuaca ekstrem dan angin barat daya. Ini menyebabkan para nelayan sulit melaut.
"Akhirnya mereka tidak bisa mensuplai ikan segar," kata Sandiaga di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, Senin (29/1).
Sandiaga mengatakan, pemerintah akan mengedepankan program budidaya keramba ikan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kehutanan, dan Perikanan untuk mengatasi masalah ini. Ia berharap akan ada penambahan kapasitas hasil tangkap ikan hingga 20-25 persen.
Bupati Kepulauan Seribu Irmansyah mengatakan, krisis ikan dirasakan oleh warga Kepulauan Seribu karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan ikan para wisatawan. Padahal saat ini tren jumlah wisatawan di Kepulauan Seribu meningkat.
"Jadi habisnya bukan berarti mereka tidak bisa makan ikan. Jadi ketika wisatawan datang ke sana, kemudian jadi kurang," ujar Sandiaga.
Irmansyah mencontohkan, jumlah wisatawan Pulau Tidung pada akhir tahun, yaitu 29-31 Desember 2017, mencapai 35 ribu. Hal ini menyebabkan kebutuhan ikan meningkat, sementara pasokan kurang. "Jadi stoknya pasti akan kurang. Jadi kalau perlu ditambah lagi untuk kerambanya," kata dia.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kehutanan, dan Perikanan (DKPKP) Darjamuni mengatakan akan memberikan 404 kotak keramba jaring apung tahun ini. Program ini akan menjadi fokus DKPKP pada 2018. "Tenaga kerjanya sedang kami koordinasikan dengan tim OK-OCE supaya terjadi penyerapan tenaga kerja dan wirausaha baru," kata dia.