Senin 29 Jan 2018 03:21 WIB

Dispar NTB Sesalkan Kericuhan Lombok Marathon 2018

Para peserta melayangkan protes kepada panitia perlombaan

Peserta mengikuti ajang Mandiri Jogja Marathon di Kawasan Candi Prambanan, Sleman Yogyakarta, Ahad (23/4).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Peserta mengikuti ajang Mandiri Jogja Marathon di Kawasan Candi Prambanan, Sleman Yogyakarta, Ahad (23/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat menuntut KONI dan penyelenggara Lombok Marathon 2018 bertanggung jawab. Hal ini menyusul keributan hingga berujung kericuhan yang terjadi pada pelaksanaan lomba, Ahad (28/1).

"Kalau kami (Dinas Pariwisata, red) dari sisi branding dan venue. Tanggung jawab teknis kegiatan ada di KONI NTB dan penyelenggara," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Lalu Moh Faozal, Ahad.

Faozal menegaskan, pihaknya berjanji akan segera melakukan evaluasi pelaksanaan Lombok Marathon. Tidak hanya dari sisi pelaksanaan melainkan dirinya juga meminta KONI mengevaluasi diri. Termasuk, dengan pihak penyelenggara.

"Kita belajar dari ini. Untuk penyelenggaraan tahun depan, supaya kedepan tidak malu-maluin," tegas Faozal.

Menurut dia, jika berbicara dari pariwisata, pasti memiliki dampak dan ini berat buat NTB. Karena dunia pariwisata soal kepercayaan.

"Jangankan peserta, kami juga kecewa dengan kejadian ini. Pokoknya semua akan kita evaluasi, baik KONI dan penyelenggara," ucap Faozal.

Sebelumnya, Lomba lari Lombok Marathon yang diselenggarakan di kota Mataram, NTB diwarnai keributan setelah para peserta melayangkan protes kepada panitia perlombaan.

Kekecewaan para peserta lari Lombok Marathon ini bermula saat panitia tidak memberikan mendali setelah para pelari menuntaskan larinya hingga garis finish, seperti pada lari Marathon lainnya.

Tak ayal akibat tidak ada kejelasan dari panitia, para peserta akhirnya beramai-ramai melakukan protes hingga naik ke atas panggung utama yang berada di halaman Kantor Gubernur NTB.

"Kami kecewa dengan sikap kami panitia yang terkesan tidak siap melaksanakan kegiatan seperti ini. Padahal kami sudah membayar mahal untuk ini," ungkap salah satu pelari, Diego.

Pelari lainnya asal Jakarta yang tidak ingin disebutkan namanya juga menyayangkan sikap panitia yang terkesan kurang bertanggungjawab. Terutama soal pemberian medali dan piagam. Karena, saat mendaftar setiap pelari yang menyentuh garis finish akan diberikan mendali dan piagam, meski tidak keluar sebagai pemenang.

"Kami jauh-jauh datang untuk mengikuti kegiatan ini. Tapi hanya kekecewaan yang kami dapatkan," sesal dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement