Sabtu 27 Jan 2018 14:22 WIB

Selama Januari, 2.700 Ha Sawah di Purwakarta Panen

Purwakarta termasuk sallah satu daerah sentra padi di Indonesia.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nidia Zuraya
Panen padi. Negeri ini bergelar Gemah Ripah Loh Jinawi
Foto: Antara
Panen padi. Negeri ini bergelar Gemah Ripah Loh Jinawi

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kementerian Pertanian menjamin, setiap harinya petani Indonesia di wilayah sentra padi ada yang panen. Salah satunya di Kabupaten Purwakarta, Jabar. Wilayah penyangga ibukota ini, selama Januari ini luasan sawah yang sudah panen mencapai 2.700 hektare (ha).

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pertanian, Momon Rusmono, mengatakan, saat ini di Indonesia tiada hari tanpa panen. Terutama, di wilayah-wilayah sentra padi. Seperti, Jabar, Jateng, dan Jatim. Termasuk di Kabupaten Purwakarta. Petaninya setiap hari panen.

"Hari ini, kita panen padi verietas Mekongga, Ciherang dan IR 64 di Kabupaten Purwakarta. Luasan yang panennya di satu kecamatan sampai 20 hektare," ujar Momon, saat panen padi di Desa Pondok Bungur, Kecamatan Pondoksalam, Sabtu (27/1).

Menurut Momon, di Purwakarta saja selama Januari ini panen padi mencapai 2.700 hektare. Lalu, pada Februari nanti luasannya bertambah jadi 4.100 hektare. Kemudian, puncaknya di bulan Maret mencapai 7.000 hektare. Sedangkan di Jabar, selama awal tahun ini yang sudah panen mencapai 100 ribu hektare.

Kondisi ini, membuktikan bahwa di Indonesia tiada hari tanpa panen. Serta, sebagai pembuktian kalau ketahanan pangan di tingkat petani sangat baik. Salah satunya terjadi di Kecamatan Pondoksalam, Purwakarta ini.

Ternyata, lanjut Momon, di wilayah ini petaninya setelah panen tidak langsung menjual gabahnya. Gabah itu, justru diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pangan selama semusim kedepan. Jika sampai musim berikutnya masih ada sisa gabah, petani baru menjual gabah tersebut.

Dengan begitu, lanjut Momon, gabah yang dijualnya dalam kondisi kering. Makanya, petani di wilayah ini setiap menjual gabah harganya selalu bagus. Karena, yang dijualnya gabah siap giling (kering).

"Kebiasaan petani Purwakarta ini patut diadopsi petani di daerah lain," ujarnya.

Supaya, setiap keluarga petani memiliki ketahanan pangan. Jangan sampai petani tak punya gabah. Karena, selepas panen gabah tersebut langsung dijual dalam kondisi basah. Sehingga, harganya jatuh dan dipermainkan tengkulak.

Wakil Bupati Purwakarta Dadan Koswara, mengatakan, pada panen hari ini provitasnya mencapai 8,2 ton GKP. Bila dikonversikan ke gabah kering, yakni setara tujuh ton GKG. Dengan begitu, hasil yang diperoleh petani di wilayah ini sudah sangat bagus.

"Kedepan akan terus ditingkatkan provitasnya. Siapa tahu bisa tembus sampai 10 ton atau 12 ton GKP," ujar Dadan.

Sementara itu, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Antarjo Dikin, mengatakan, di Jabar rata-rata provitasnya mencapai tujuh ton GKP. Akan tetapi, potensi peningkatan provitas ini sangat tinggi. Asalkan, petani punya kemauan kerja.

"Pada program upaya khusus padi jagung dan kedelai (Upsus Pajale), kita bertanggung jawab menggenjot peningkatan provitas petani di Jabar," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement