Sabtu 27 Jan 2018 08:03 WIB

Mencari KSAL Pengganti Laksamana Ade Supandi

Posisi KSAL menjadi strategis dalam upaya menciptakan kejayaan dan kedaulatan laut.

Erik Purnama Putra
Foto: Republika/Adi Wicaksono
Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Erik Purnama Putra

Mengejutkan. Tiba-tiba saja Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi mengajak lima perwira tinggi (pati) AL tampil di depan media. Hal itu dilakukannya ketika memberi keterangan pers terkait Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AL 2018 di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (26/1).

Ade memberi isyarat bahwa satu di antara lima orang yang berada di sisinya, nantinya akan menggantikan kedudukannya. Ya, Ade memang akan pensiun empat bulan lagi. Pengabdian alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) 1983 yang berkarier selama 35 tahun di matra yang memiliki motto 'Jalesveva Jayamahe' tersebut akan berusia 58 tahun pada Mei 2018.

Ade pun sempat menegaskan, proses serah terima jabatan (sertijab) harus sudah selesai pada Mei mendatang. Kecuali ada dinamika tertentu, ia ingin agar pergantian KSAL bisa berlangsung sebelum ia memasuki purnatugas. Karena itu, mantan kepala staf umum (Kasum) TNI ini menegaskan, Rapim TNI AL yang dipimpinnya kali ini merupakan yang terakhir kalinya.

photo
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi usai melakukan peninjauan KRI Layaran 854 di Dermaga Utara Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (10/1).

Dari lima pati yang diperkenalkannya kepada media, ada yang peluangnya kecil, ada pula yang berpeluang menjadi KSAL ke-26 menggantikan Ade. Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksdya Arie Sadewo dan Komandan Sekolah staf dan Komando (Dansesko) TNI Letjen (Mar) RM Trusno termasuk yang hampir mustahil mendapat promosi. Hal itu lantaran keduanya akan pensiun tahun ini juga.

Peluang Kasum TNI Laksdya Didit Herdiawan masih terbuka, meski untuk menjadi KSAL cukup berat. Alumnus AAL 1984 ini akan pensiun pada September 2019. Dia termasuk pati senior di AL yang sudah meraih bintang tiga Mei 2014 atau hampir empat tahun lalu. Setelah menjadi wakil KSAL, Didit dimutasi menjadi wakil gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), hingga menduduki Kasum TNI sejak 22 Oktober 2015 hingga kini.

Sayangnya, Didit memiliki handicap, yaitu sebagai mantan ajudan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jamak diketahui, mantan ajudan SBY kariernya mentok di bintang tiga. Di TNI AD, Letjen (Purn) M Munir harus berhenti sebagai Sekjen Wantannas dan mantan sekjen Kemenhan Letjen Ediwan Prabowo saat ini berstatus tak punya jabatan (nonjob) dan hanya menjadi staf khusus KSAD.

Di TNI AU, Wakil Gubernur Lemhannas Marsdya Bagus Puruhito yang sebelumnya menjadi wakil KSAU juga kariernya seolah sulit beranjak naik. Sempat digadang-gadang menjadi KSAU, nyatanya ia ditempatkan di lembaga yang mengurusi pendidikan untuk para calon pati TNI-Polri tersebut.

Di Polri, Komjen Putut Bayuseno yang kini menjadi Irwasum Polri dari sebelumnya Kabaharkam Polri juga mustahil promosi lagi meraih bintang empat. Hal itu lantaran Kapolri Jenderal Tito Karnavian baru pensiun 2022. Karena itu, melihat tiadanya mantan ajudan SBY yang bisa meraih bintang empat, maka sulit sekali Laksdya Didit Herdiawan menjadi KSAL.

Tersisa dua orang yang berpeluang menjadi KSAL, yaitu Wakil KSAL Laksdya Achmad Taufiqoerrochman dan Komandan Jenderal (Danjen) Akademi TNI Laksdya Siwi Sukma Adji. Laksdya Taufiq yang merupakan alumnus AAL 1985 akan pensiun pada Oktober 2019. Adapun Laksdya Siwi yang juga alumnus AAL 1985 akan pensiun pada Mei 2020. Baik Taufiq maupun Siwi sama-sama pernah menjabat sebagai Pangarmabar.

Nama kedua pati tersebut sepertinya yang termasuk akan diserahkan Ade Supandi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meski begitu, keduanya tetap harus khawatir lantaran keputusan Presiden Jokowi bisa saja tidak memilih keduanya. Hal itu lantaran mengacu pada Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang merupakan alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1987, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto alumnus AAU 1986, dan KSAU Marsekal Yuyu Sutisna alumnus AAU 1986, bisa jadi nanti KSAL terpilih bukan dari AAL 1985 dengan pertimbangan masa dinas yang terbilang sebentar.

Skenario selanjutnya, tentu saja ada pati bintang dua atau Laksamana Muda (Laksda) yang dipromosikan terlebih dahulu untuk duduk di posisi bintang tiga yang lowong. Di antara nama-nama itu, terselip Panglima Komando RI Wilayah Barat (Pangarmabar) Laksda Aan Kurnia, Panglima Komando RI Wilayah Timur (Pangarmatim) Laksda Didik Setiyono, dan Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen Bambang Suswantono yang sama-sama alumnus AAL 1987. Adapula Staf Khusus KSAL Laksda Tri Wahyudi Sukarno yang merupakan alumnus AAL 1986.

Baik Mayjen Bambang maupun Laksda Tri punya keunggulan politis, yaitu pernah dekat dengan Presiden Jokowi. Mayjen Bambang pernah menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Dampaspampres) pada 2016, dan Laksda Tri pernah menjabat Sekretaris Militer Presiden (Sesmilpres) pada 2014-2015. Hanya saja, khusus Mayjen Bambang, hingga kini belum pernah ada KSAL dijabat dari Korps Marinir alias selalu diduduki Korps Pelaut.

Namun, Mayjen Bambang tak perlu patah arang. Peluang menjadi KSAL tetap ada. Mengacu promosi yang didapatkan Marsekal Hadi yang berlatarbelakang penerbang pesawat angkut ringan dan bukan penerbang pesawat tempur atau pesawat angkut berat, ternyata bisa menduduki KSAU hingga Panglima TNI karena memiliki kedekatan dengan Presiden Jokowi. Karena itu, bukan tidak mungkin, 'tradisi' Korps Marinir yang selama ini selalu mentok kariernya di bintang tiga bisa menjadi KSAL. Tentu saja, sebelumnya para bintang dua itu harus menduduki posisi bintang tiga terlebih dahulu untuk bisa menjadi AL 1.

Di tengah jargon Presiden Jokowi yang menggembar-gemborkan Poros Maritim dan Tol Laut, tentu posisi KSAL menjadi strategis dalam mendukung upaya menciptakan kejayaan dan kedaulatan di laut. Apalagi, luas Indonesia dua pertiga terdiri lautan. Sehingga peran dari TNI AL dalam ikut serta menyukseskan program pemerintah menjadi sangat strategis dan dinantikan kontribusinya.

Di luar beban tugas yang akan ditanggung KSAL ke-26, tentu saja Ade Supandi sudah menorehkan prestasi tersendiri selama memimpin TNI AL. Selain peremajaan alutsista, seperti KRI I Gusti Ngurah Rai dan kapal selam Nagapasa 403, peran Ade sangat terasa dengan akan terbentuknya Armada Timur di Kota Sorong, Papua Barat. Nantinya, Armabar akan menjadi Armada Barat, Armatim menjadi Armada Tengah, dan ditambah keberadaan Armada Timur. Dengan begitu, ke depannya akan ada Panglima Armada yang dijabat pati AL bintang tiga.

Selain itu, prestasi tersendiri yang layak menjadi catatan bagi Ade Supandi adalah, ia menjadi KSAL di bawah kepemimpinan tiga Panglima TNI, yaitu Jenderal (Purn) Moeldoko, Jenderal Gatot Nurmantyo yang akan pensiun Maret 2019, dan Marsekal Hadi Tjahjanto. Karena itu, pergantian KSAL menjadi menarik untuk ditunggu. Diharapkan, penunjukan KSAL bisa lebih mulus daripada pergantian KSAU yang terlihat 'alot' dan terjadi tarik-menarik kepentingan hingga jabatan itu sempat dibiarkan kosong (dirangkap Marsekal Hadi) selama enam pekan.

Semoga KSAL terpilih nanti bisa membawa kejayaan bagi NKRI, seperti era 60-an ketika kekuatan TNI AL disegani di kawasan. Dengan didukung alutsista modern dan lengkap dalam mengamankan perairan Indonesia, peran KSAL dalam membina TNI AL dalam menjaga kedaulatan lautan bisa mencegah terjadinya pencurian kekayaan alam di lautan NKRI. Jalesveva Jayamahe!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement