REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar latihan simulasi (table top exercise) untuk memperkuat kapasitas dan sinergitas multipihak dalam penanggulangan bencana Gunung Agung. Simulasi ini diikuti 143 perwakilan, mulai dari kementerian dan lembaga terkait, organisasi perangkat daerah di tingkat provinsi, kabupaten, kota, perwakilan dunia usaha, serta stakeholder lainnya.
"Kita sudah ada rencana operasi untuk penanganan bencana Gunung Agung. Beberapa hal krusial yang akan dibahas dalam simulasi kali ini adalah penanganan bencana di wilayah terisolasi, hingga dampak abu vulkanis yang memengaruhi penerbangan," kata Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Wisnu Wijaya dijumpai Republika.co.id di Sanur, Denpasar, Kamis (25/1).
Wisnu mengatakan sistem peringatan dini untuk bencana di Bali perlu diperkuat, apalagi Bali akan menjadi tuan rumah pertemuaan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) Oktober mendatang. Panitia IMF sudah berkoordinasi dengan BNPB terkait sistem kesiapsiagaan bencana di Bali.
"Kita masih punya banyak pekerjaan rumah karena kita harus menunjukkan bahwa kita siap dengan sistem yang ada. Secara psikologis, ini untuk memulihkan pariwisata Bali juga," kata Wisnu.
BNPB menggelar latihan simulasi untuk memperkuat kapasitas dan sinergitas multipihak dalam penanggulangan bencana Gunung Agung di Prime Plaza Hotel, Sanur, Kamis (25/1).
Target dari simulasi yang digelar dalam ruangan kali ini adalah mengurangi jumlah korban, jumlah terdampak, kerugian ekonomi, dan jumlah infrastruktur yang rusak akibat bencana Gunung Agung. Materi pelatihan yang diberikan, antara lain manajemen penanganan kedaruratan bencana, situasi, kondisi, dan potensi erupsi Gunung Agung, kebijakan penggunaan dana belanja tidak tetap dan dana belanja siap pakai, kebijakan strategi dan penanganan pariwisata di Pulau Dewata.
Latihan ini menunjukkan kesiapan Bali dalam meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan yang terkait dengan sistem komando, kendali, koordinasi, dan komunikasi mulai dari dikeluarkannya peringatan dini hingga operasi penanganan darurat bencana. Langkah-langkah strategis dalam meminimalisir risiko bahaya juga dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi dampak kerugian ekonomi.
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika dalam pemaparannya menyebutkan eskalasi dampak erupsi Gunung Agung cukup luas di seluruh wilayah Provinsi Bali, mulai dari dampak sosial, lingkungan, hingga ekonomi. Sistem peringatan dini, identifikasi zona bahaya, rambu-rambu bahaya, rencana evakuasi, kesiapan relawan lokal, tempat pengungsian, dan pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi menjadi fokus pemerintah provinsi.
BNPB Bali menggelar latihan simulasi untuk penanggulangan bencana Gunung Agung
"Selain pengurangan bahaya di sektor hulu atau yang masuk ke dalam zona bahaya, kita juga perlu mitigasi sektor lain, seperti pariwisata yang merupakan jantung perkekonomian Bali," katanya.
Tingkat kunjungan wisatawan ke Bali di awal periode mengungsi sempat turun drastis. Ini berimbas kepada perekonomian Bali yang sedikit melandai akhir tahun lalu.
Kondisi Gunung Agung terakhir kembali mengalami erupsi, Rabu (24/1) malam sekitar pukul 22.37 WITA. Tinggi kolom abu teramati hingga satu kilometer (km) di atas puncak kawah dengan lama gempa 98 detik. Angin mengarah ke timur - timur laut.
Zona perkiraan bahaya di dalam area kawah dan di seluruh area dalam radius enam km dari kawah puncak. Ada 12 desa di dalam zona ini yang wajib mengungsi, yaitu Desa Nawakerti, Jungutan, Buana Giri, Sebudi, Besakih, Datah, Pempatan, Tulamben, Dukuh, Kubu, Baturinggit, dan Ban.