Rabu 24 Jan 2018 05:30 WIB

Sandi: Masalah Kesehatan Jiwa karena Beban Hidup

Persoalan gangguan kesehatan jiwa adalah isu penting yang harus diperhatikan.

Rep: Mas Alami Huda/ Red: Agus Yulianto
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memberikan keterangan kepada media seusai menjalani pemeriksaan dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan tanah di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (18/1).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memberikan keterangan kepada media seusai menjalani pemeriksaan dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan tanah di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menilai, tingginya angka gangguan kesehatan jiwa di DKI disebabkan banyak faktor. Salah satunya, dia meyakini, lantaran beban hidup warga ibu kota yang dinilainya tinggi.

"Jadi rata-rata (penyebabnya) karena tentunya beban daripada hidup di Jakarta ini terhadap depresi, juga terhadap tekanan ekonomi, sosial, pendidikan," kata dia di Balai Kota, Selasa (23/1).

Sandi mengatakan, beberapa faktor itu yang kini banyak dikeluhkan dan menjadi beban masyarakat. Ia mengklaim, mendapat data itu dari big data yang dipunyai Pemprov DKI. Ia menganggap, persoalan gangguan kesehatan jiwa adalah isu penting yang harus diperhatikan.

"Makanya langsung saya menjemput bola, saya undang dokter Nova Riyanti Yusuf (Noriyu) salah satu sosok di belakang UU Kesehatan Jiwa untuk masuk dan berkoordinasi," ujar dia.

Sandi menyebut, 20 persen penduduk ibu kota mengalami gangguan kejiwaan. Data tersebut didapatnya dari Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto.

Untuk itu, kata Sandi, Pemprov DKI menginisiasi pusat kajian dan pelayanan kesehatan jiwa yang dinamai Institute for Mental Health. Lembaga ini akan beroperasi di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit di Jakarta Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement