Rabu 24 Jan 2018 05:03 WIB

Saat Hoaks dan Meme Memperolok Gempa Lebak

Gempa Lebak yang merusak bangunan dan membuat takut itu diperolok di media sosial..

Rep: Oleh: Rusdy Nurdiansyah, Fergi Nadira/ Red: Elba Damhuri
Gempa di Banten, Selasa (23/1).
Foto: dok. Humas Polda Banten
Gempa di Banten, Selasa (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID  JAKARTA -- Hoaks (berita bohong) banyak tersebar di masyarakat selepas gempa yang berpusat di Lebak, Banten, Selasa (23/1). Salah satu hoaks yang beredar menyebut akan ada gelombang tinggi di perairan Lebak pada 23 Januari sampai dengan 24 Januari mulai pukul 22.30 sampai 23.59 WIB.

"Diharapkan keluar rumah nanti malam pukul 22.30-23.59 dikarenakan potensi gempa susulan sebesar 7,5 Magnitude. Bagi yang tahu harap sebarkan ini penting, *BMKG," demikian bunyi hoaks yang tersebar melalui jejaring sosial itu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memastikan informasi itu adalah hoaks. Hal senada disampaikan salah seorang staf bidang hubungan masyarakat Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rini. "Itu hoaks," ujar Rini saat dikonfirmasi Republika, Selasa (23/1) malam.

photo
Gempa Lebak: Rumah yang rusak akibat gempa di Lebak, Banten, Selasa (23/1).

Menurut dia, foto yang ikut beredar bersama berita itu memang benar. Namun, keterangan pada foto itu tidak benar.

"Kalau yang foto adalah laporan rutin harian gelombang tinggi terkait prakiraan gelombang tinggi, sementara keterangan yang di bawah tidak ada korelasinya karena ini gelombang tinggi, bukan Tsunami. Namun, meski informasi prakiraan maritim itu benar, keterangannya tidak benar dan enggak ada korelasi," papanya.

Kabar hoaks lainnya berbentuk video yang menggambarkan gedung apartemen di Depok miring setelah gempa terjadi. Beredarnya video tersebut meresahkan masyarakat yang berada di sekitar gedung apartemen tersebut.

Dalam video tersebut, terdengar suara wanita yang melaporkan suasana setelah gempa terjadi. Terlihat banyak orang berkumpul dan pasien dievakuasi dari sebuah rumah sakit yang terletak di Jalan Margonda, Kota Depok, Jawa Barat.

photo
Gempa Banten: Warga Jakarta berkumpul di luar sebuah bangunan setelah gempa yang mengguncang Jakarta, Selasa (23/1). Pusat gempa ada di Lebak, Banten.

Gedung apartemen yang dilaporkan miring tersebut berada di samping RS Bunda, Margonda, Depok. "Setelah beredarnya video tersebut, tim kami cek ke lokasi dan melihat langsung kondisi gedung apartemen tersebut. Ternyata tidak benar gedung apartemen itu miring," ujar Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Pemerintah Kota Depok, Gandara Budiana, saat dikonfirmasi, Selasa.

Gandara mengungkapkan, pihaknya menerjunkan dua unit mobil pemadam kebakaran dan satu unit mobil rescue. Dinas juga menerjunkan tim teknis bangunan serta berkomunikasi dengan pelaksana pembangunan gedung. "Mereka juga memastikan bahwa gedung tidak miring," kata Gandara.

Kanitreskrim Polres Depok Ajun Komisaris Polisi Firdaus mengatakan, Polres Depok juga telah melakukan pengecekan bersama petugas Damkar Depok dan pelaksana proyek pembangunan apartemen. Hasil pengecekan menyatakan gedung tidak miring dan aman.

"Kami pelajari dahulu apakah pembuat dan penyebar video tersebut ada unsur pidana atau tidak, untuk diusut," ujar Firdaus.

Republika juga melakukan pengecekan di lokasi gedung apartemen yang masih dalam tahap pembangunan itu. Tidak ada kerumunan orang dan terlihat sepi di lokasi apartemen yang digambarkan, yakni Apartemen Atlanta Residence yang terletak di Jalan Margonda dan berada di samping RS Bunda tersebut.

Selain hoaks, meme satire terkait gempa Lebak juga beredar. Misalnya Monas bergoyang hingga sosok patung Pancoran yang melompat. Peredaran meme itu menuai kritik dari masyarakat Sumatra Barat yang juga korban gempa parah 2009 lalu.

Pemimpin Redaksi Harian Singgalang Khairul Jasmi menyayangkan segelintir orang yang membuat meme gempa. "Membuat Monas goyang, membuat Tugu Pancoran dengan patung orangnya loncat, tolong diingatkan, berita gempa jangan diolok-olok. Apa orang Jakarta mau merasakan gempa 7,9 SR?" ujar Khairul, Selasa.

Ia mengimbau kepada seluruh media untuk membuat berita tanpa mengolok-olok gempa melalui meme atau hoaks, foto hoaks, serta video hoaks. Sebab, banyak beredar foto yang diedit agar terlihat lucu, padahal itu sangat disayangkan. Hal tersebut dapat memengaruhi atensi masyarakat terhadap gempa. (Pengolah: muhammad iqbal).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement