Senin 22 Jan 2018 21:45 WIB

Kabut Sulitkan Geogolog Petakan Area Longsor Ngadimulyo

Upaya pemetaan sempat dua kali dilakukan melalui drone.

[Ilustrasi] Tingginya intensitas hujan di Yogyakarta menyebabkan bencana tanah longsor di Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Rabu (29/11). Petugas menggunakan alat berat guna membersihkan material lonsor yang menutup akses jalan di wilayah itu, Kamis (30/11).
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
[Ilustrasi] Tingginya intensitas hujan di Yogyakarta menyebabkan bencana tanah longsor di Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Rabu (29/11). Petugas menggunakan alat berat guna membersihkan material lonsor yang menutup akses jalan di wilayah itu, Kamis (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGALEK -- Tim Geologi UGM kesulitan memetakan secara utuh area terdampak longsor di Desa Ngadimulyo Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Pemetaan terhalang kabut tebal.

"Kami belum bisa sepenuhnya mendapatkan pemahaman lapangan. Tetapi ada beberapa temuan yang bisa dicocokkan dengan hasil analisa mendetail yang sudah dilakukan tim geologi dari UGM ini," kata Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak saat temu media mengenai penanganan longsor di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Senin (22/1).

Upaya pemetaan longsor sempat dua kali dilakukan oleh Tim Geologi UGM dengan menggunakan perangkat pesawat tanpa awak (drone) yakni sekitar pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB.

Pada upaya pertama pesawat drone belum sempat dinaikkan ketika kabut tebal disertai hujan tipis melanda wilayah yang berada di perbatasan Kampak-Munjungan tersebut.

Sedangkan pada usaha kedua sekitar pukul 14.00 WIB drone berhasil mengudara namun cuaca yang semula cerah kembali berubah cepat dan muncul kabut tebal sehingga pencitraan kamera yang terpasang di pesawat tanpa awak itu.

"Sudah sempat dilakukan pengamatan sebentar. Namun cuaca kurang mendukung sehingga hasil pemotretan tidak bisa optimal," kata anggota Tim Geologi UGM Farma Dyva Ferardi.

Kendati belum optimal, tim peneliti gabungan dari UGM mendapat beberapa informasi awal terkait struktur tanah dan penyebab terjadinya longsor.

Sebagaimana paparan umum yang disampaikan Bupati Emil, Farma Dyva menyatakan potensi dan kerawanan longsor di Desa Ngadimulyo sudah ada dalam laporan hasil penelitian yang dilakukan Tm Geologi UGM pada 2017, bersama beberapa titik longsor yang telah dituangkan dalam peta rawan longsor.

"Beberapa zona, beberapa daerah sudah kami rekomendasikan sebagai zona merah yang rawan longsor ini, termasuk di Ngadimulyo ini," kata Farma Dyva.

Untuk memaksimalkan proses, kajian cepat (quick assessment) akan dilanjutkan tim UGM pada Selasa (23/1).

Bupati Emil menyatakan percobaan pengerukan material longsor akan dilakukan mulai Selasa sambil menjajaki potensi dan tingkat kerentanan di titik longsor Desa Ngadimulyo yang memutus jalur Kampak-Munjungan tersebut.

Insiden longsor itu terjadi pada Ahad (21/1) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.

Longsor itu menyebabkan jalur antarkecamatan tertimbun material tanah lempung bercampur batuan dan kayu sepanjang kurang lebih 200 meter, tebal mencapai lima meter dan memanjang dari titik puncak tebing Dusun Jedek yang memiliki ketinggian sekitar 150 meter.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement