Senin 22 Jan 2018 10:02 WIB

Guru Besar IPB Meninggal Dunia di Malaysia

Guru Besar IPB meninggal karena penyakit kanker

Institut Pertanian Bogor (IPB).
Foto: IPB
Institut Pertanian Bogor (IPB).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Rina Oktaviani MSi, meninggal dunia di Beacon Hospital, Petaling Jaya, Kuala Lumpur, Ahad (21/1). Rina meninggal dunia setelah menjalani perawatan kanker di negara tersebut.

"Ya beliau meninggal kemarin pagi pukul 09.27 waktu setempat," ujar Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur yang juga alumni IPB, Prof Dr Ari Purbayanto ketika dihubungi di Kuala Lumpur, Senin (22/1).

Saat mengikusi pengajian di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Sabtu (21/1), Ari menceritakan saat Prof Dr Rina Oktaviani MSi masuk rumah sakit beliau berpesan agar tidak ditengok. Namun karena kondisinya sudah kritis dirinya Sabtu menghubungi alumni IPB di Kuala Lumpur.

Sementara itu rombongan asesor Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Komputer alumni IPB yang sedang melakukan uji sertifikasi komputer untuk TKI di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) juga sempat menengoknya. Mereka besuk pada Jumat malam (19/1) dan Sabtu malam (20/1).

"Pada hari saat beliau meninggal belum sempat membesuk," ujar asesor LSP Komputer, Nursamsi, yang juga pendiri Jasa Indonesia Kompeten (JIK) ini.

Nursamsi yang juga alumni IPB angkatan 22 menengok Prof Dr Rina Oktaviani MSi bersama teman-temannya alumni IPB lainnya yakni Iwan Kustiawan, Syamsul Huda, Riezda dan Neni.

"Kami alumni IPB angkatan 22. Kalau almarhum angkatan 20," katanya.

Nursamsi mengatakan dirinya mendapatkan informasi meninggalnya almarhum dari adik iparnya yang juga alumni IPB, Iis Syarifah, yang juga angkatan 22. "Menurut penuturan Iis Syarifah almarhum menjalani perawatan di Beacon Hospital selama 11 hari. Beliau masuk rumah sakit mulai Selasa, 9 Januari 2018," katanya.

Rina Oktaviani merupakan lulusan sarjana dan pasca sarjana IPB pada 1987 dan 1990 di bidanhg agribisnis. Beliau menamatkan studi S3 di Universitas Sydney pada 2001 dengan fokus studi pada "International Trade and Economic Policy Analysis".

Pada berbagai kesempatan Rina menyampaikan selama 50 tahun berdiri IPB belum pernah memiliki rektor dan pembantu rektor perempuan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement