Sabtu 20 Jan 2018 23:38 WIB

Dua Kali Kalah di Sumut, Hasto: Sekarang Kami Lebih Siap

PDI Perjuangan tak ingin kalah untuk ketiga kalinya.

Rep: Issha Harruma/ Red: Hazliansyah
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Djarot Syaiful Hidayat (kiri) - Sihar Sitorus (tengah) memberikan pidatonya saat acara HUT PDIP ke-45 di Medan, Sumatera Utara, Rabu (10/1).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Djarot Syaiful Hidayat (kiri) - Sihar Sitorus (tengah) memberikan pidatonya saat acara HUT PDIP ke-45 di Medan, Sumatera Utara, Rabu (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- PDI Perjuangan tak ingin kalah untuk ketiga kalinya dalam gelaran Pilgub Sumatra Utara. Kali ini, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, mereka akan mempersiapkan diri dengan matang untuk bertarung di Pilgub Sumut 2018.

Hal ini disampaikan Hasto usai Rapat Kerja Daerah Khusus (Rakerdasus) PDI Perjuangan Sumut di Medan, Sabtu (20/1). Hasto mengatakan, mesin partai akan digerakkan dengan maksimal kali ini.

"Tentu saja partai belajar dari kekalahan di masa lalu. Kita lihat partisipasi pemilih sangat rendah, maka seluruh kader partai tadi berkomitmen bagaimana mereka bergerak menggalang kekuatan rakyat," kata Hasto, Sabtu (20/1).

Pada Pilgub 2008, PDI Perjuangan mengusung Tritamtomo-Benny Pasaribu. Namun, pasangan ini kalah dari Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho. Kekalahan kembali ditelan dalam Pilgub 2013. PDI Perjuangan yang mengusung Effendy Simbolon-Jumiran Abdi kalah dari Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi.

Pada Pilgub tahun ini, PDI Perjuangan mengusung kadernya, Djarot Saiful Hidayat dan pengusaha, Sihar Sitorus. Partai berlambang banteng moncong putih itu pun berkoalisi dengan PPP.

"Kami sadar rakyat adalah hakim tertinggi. Meski dua periode kami kalah tapi kekalahan itu membawa pelajaran yang sangat penting bagi partai untuk terus menerus di tengah rakyat dan memperbaiki diri," ujar Hasto.

Menurut Hasto, pengurus pusat telah melakukan evaluasi dari dua kekalahan sebelumnya. Berbagai strategi politik pun kembali disusun, termasuk menggerakan mesin partai dengan maksimal.

"Jadi kami belajar di masa lalu dan sekarang partai jauh lebih siap dari periode sebelumnya," kata dia.

Terkait adanya perpecahan suara di tubuh PPP terkait dukungan untuk Djarot-Sihar, Hasto hanya menjawab secara normatif. Menurutnya, penolakan DPW PPP Sumut dan DPC kabupaten/kota terhadap keputusan DPP PPP mendukung Djarot-Sihar adalah hal yang wajar.

"Sejarah PDIP dan PPP sangat lama. PPP merupakan saudara tua PDIP. Jika ada dinamika itu hal yang wajar dalam demokrasi. Tetapi kami di 61 daerah di Indonesia yang berkoalisi dengan PPP dan hubungan Megawati dan Hamzah Haz, Mbah Maimun itu hubungan yang meletakkan persahabatan sejati. Dengan adanya Rakerdasus ini tidak ada lagi persoalan terkait dukungan PPP," ujar Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement