REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R. Prabowo menjelaskan penyebab cuaca ekstrem yang terjadi beberapa hari ini diakibatkan adanya pusat tekanan rendah di utara Australia dan sirkulasi siklonik di beberapa perairan. Salah satu penyebabnya adalah sirkulasi siklonik di Aceh dan Kalimantan Barat ada pada level 925/700 mb.
Selain itu, terdapat konvergensi terbentuk memanjang dari perairan Sulawesi Selatan hingga laut Arafuru. "Dan daerah belokan angin menyebar di wilayah perairan barat Aceh, laut Natuna, Maluku Utara dan perairan utara Papua Barat," kata Mulyono, Sabtu (20/1).
Mulyono melanjutkan, dari pantauan kondisi dinamika atmosfer potensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang akan terus berlangsung sampai Senin (22/1) besok. Daerah yang terdampak adalah Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua.
Sementara untuk wilayah perairan yang terdampak adalah perairan P. Enggano, perairan Barat Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, perairan Banten, hingga perairan Selatan Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Diperkirakan ketinggian gelombang antara dua meter sampai empat meter.
Menurut Mulyono, kondisi ini cukup berbahaya bagi kapal nelayan dan juga bagi masyarakat pesisir antara lain di wilayah Pelabuhan Ratu, Pantai Pangandaran, Pantai Cilacap, Parang Tritis, Pantai Pacitan, Pantai Selatan Banyuwangi. Sehingga, masyarakat diharapkan agar berhati-hati karena gelombang tinggi di wilayah pesisir selatan Jawa cenderung meningkat pada sore hingga malam hari.
"Masyarakat dihimbau agar waspada dan berhati hati akan dampak peningkatan potensi hujan mulai pertengahan Januari 2018, diperkirakan potensi banjir, longsor, genangan, banjir bandang dan pohon tumbang juga turut meningkat," tuturnya.