Sabtu 20 Jan 2018 15:30 WIB

JJ Rizal Paparkan Sejarah Soal Rumah Cimanggis

Rumah Cimanggis sebagai tempat peristirahatan van der Parra dan Adriana

Rep: Fergi Nadira/ Red: Bilal Ramadhan
Sejarawan JJ Rizal
Foto: Facebook/JJ Rizal
Sejarawan JJ Rizal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jubir Wakil Presiden Jusuf Kalla, Husein Abdullah mengatakan sejarawan seharusnya menggunakan logika dalam mengkaji aspek kesejarahan sebuah objek. Dalam hal ini terkait rencana perobohan Rumah Cimanggis untuk pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

Sejarawan JJ Rizal mennggapi bahwa salah satu perangkap maut logika sejarah adalah anakronisme. Istilah ini menurut KBBI artinya 1) hal ketidakcocokan dengan zaman tertentu; 2) penempatan tokoh, peristiwa, percakapan, dan unsur latar yang tidak sesuai menurut waktu.

Semisal dicontohkan Hang Tuah melihat arloji titusnya, lalu menghidupkan pesawat televisinya. Terdapat dua anakronisme di sini. Mana mungkin sudah ada arloji titus dan televisi di zaman Hang Tuah.

"Anakronisme inilah yang hidup dalam pandangan pak Jubir Wakil Presiden JK. Sebab menggunakan logika zaman kini kepada masa lalu," ujar Rizal, Sabtu (20/1).

Rizal menceritakan, Adriana dan van der Parra pun tidak tiap hari di Rumah Cimanggis sebab itu rumah peristirahatan atau landgoed. Tetapi, biasanya seminggu dua kali mereka datang. Plesiran sambil periksa kebun dan pasarnya di Cimanggis.

Sisanya tinggal di istananya bukan istana Bogor (ini landgoed van Imhoff tentu tidak elok diserobot keluarga van der Parra) melainkan istana mereka sendiri yang jauh lebih mewah di Weltevreden, sekitar Senen kini.

Penulis kronik Batavia, P. de Roo de la Faille, menjelaskan Adriana hidup sebagai Nyonya Gubernur Jenderal yang membanggakan dan terhormat sebab ia putri dari Gubernur Belanda untuk Ambon.

Saking bangganya van der Parra menyebut anak mereka sebagai satu-satunya pewaris sang gubernur jenderal. Van der Parra pun membuatkan mendali bagi anaknya itu saat perayaan ulang tahun perkawinan mereka pada 1768.

Hussein Abdullah juga mengatakan, sejarawan menyinggung bahwa benteng Fort Roterdam itu tidak dibangun Belanda. Melainkan oleh Raja Gowa sebagai pengawal Benteng Somba Opu, yang kemudian direbut oleh Belanda setelah Speelman menaklukkan Gowa.

"Maaf, kalau yang ini hanya pak Jubir Wakil Presiden JK kurang teliti membaca twit saya. Sebab twit saya tidak menyebut Fort Roterdam dibangun oleh Belanda. Tetapi, simbol kolonisasi kompeni sebab berbagai penguasa Belanda bermarkas di Fort Roterdam itu. Nama Fort Roterdam pun baru muncul setelah Speelman berkuasa," jawab JJ Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement