Jumat 19 Jan 2018 11:37 WIB

Bupati Purwakarta Kenalkan Surabi ke Wartawan Asing

Memperkenalkan makanan tradisional membantu perekonomian pedagang.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Gita Amanda
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengenalkan makanan tradisional khas sunda Jawa Barat (Jabar) surabi kepada wartawan ABC News (Australia).
Foto: Ita Nina Winarsih/REPUBLIKA
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengenalkan makanan tradisional khas sunda Jawa Barat (Jabar) surabi kepada wartawan ABC News (Australia).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengenalkan makanan tradisional khas sunda Jawa Barat (Jabar) surabi kepada wartawan ABC News (Australia). Surabi yang terbuat dari tepung beras ini, merupakan makanan pembuka atau sarapan di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta.

"Ini, makanan sehat, karena terbuat dari tepung beras. Cara pengolahannya juga lebih tradisional dan tanpa pengawet," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Jumat (19/1).

Menurut Dedi, selama ini masyarakat Jabar krisis percaya diri terhadap produk makanan khas dari wilayah ini. Padahal, makanan tradisional Jabar tersebut jumlahnya sangat banyak. Tak hanya itu, makanan tradisional ini juga banyak keunggulannya di banding makanan modern. Yaitu, dari sisi kelezatan, kehigienisan, serta kandungan gizinya juga cukup tinggi.

Akan tetapi, lanjut Dedi, makanan tradisional tidak booming, karena masyarakatnya tidak percaya diri dalam memperkenalkan makanan tersebut. Dengan begitu, sudah saatnya pemerintah hadir supaya makanan tradisional ini tidak kalah bersaing dengan makanan modern.

"Pemerintah juga, turut bertanggung jawab dalam melestarikan kuliner khas ini," ujar Dedi.

Selain soal kelestarian makanan tradisional, lanjut Dedi, ada hal lain yang jadi kebanggaan dalam sektor kuliner khas ini. Yaitu, adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pelaku usaha kuliner.

"Tukang surabi yang jadi langganan kita ini, dikontrak per harinya dengan biaya Rp 700 ribu," ujarnya.

Jadi, lanjut Dedi, penghasilan dari tukang surabi ini lebih besar ketimbang pegawai. Karenanya, dalam melestarikan kuliner khas ini, sisi positif lainnya yaitu adanya perputaran ekonomi di kalangan masyarakat menengah ke bawah.

David Lipson (38 tahun) wartawan ABC News, mengatakan dirinya baru pertama kali ke Purwakarta. Alasan dirinya datang ke Purwakarta, yaitu untuk mewawancarai Dedi Mulyadi, mengenai Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar.

"Sambutannya sangat luar biasa. Bahkan, kami disuguhi makanan khas sunda, surabi," ujar Lipson sambil menikmati surabi oncom.

Menurut Lipson, masyarakat Australia biasa sarapan dengan mengkonsumsi roti yang dipadukan dengan selai ataupun sayuran. Jadi, tidak ada makanan seperti surabi yang terbuat dari tepung beras. Kalaupun ada yang serupa, yaitu pancake yang terbuat dari tepung terigu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement