Kamis 18 Jan 2018 20:02 WIB

KSAL Berterima Kasih Kepada Laksamana Turki

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Muhammad Hafil
KSAL Laksamana Ade Supandi saat menghadiri peresmian Pushidrosal di Ancol, Kamis (18/1)
Foto: Erik Purnama Putra
KSAL Laksamana Ade Supandi saat menghadiri peresmian Pushidrosal di Ancol, Kamis (18/1)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi menuturkan, dunia bahari Indonesia harus berterima kasih kepada para pelayar tangguh dari luar negeri. Selain pelayar dari Portugal Vasco Da Gama (1469–1524) dan pelayar di bawah bendera Castilian Spanyol Christoper Colombus (1451-1506),

Menurut Ade, ada satu pelayar lagi dari Kesultanan Turki Utsmani yang sukses menjelajah lautan hingga sampai ke Nusantara. Orang itu bernama Kurdoğlu Hızır Reis, seorang Laksamana Kepala Armada Utsmaniyah di Samudra Hindia yang bermarkas di Suez, yang pada 1568, berlayar memimpin 22 kapal membawa prajurit, perlengkapan militer, dan pasokan lain, yang tiba di Aceh pada 1569.

"Kita tahu bagaimana perjalanan Vasco Da Gama dan Columbus, dua orang Barat ini kan berkutat bagaimana nyampai ke Maluku. Saya juga terima kasih, penjelajahan Eropa tidak lepas dari Laksamana Turki Hizir Reis," ujar Ade saat berpidato sebelum peresmian Pusat Hidrografi dan dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (18/1).

Menurut Ade, bangsa Portugis dan Spanyol terlebih dahulu menguasai jalur laut sebelum menjelajah wilayah lain. Berikutnya, setelah laut dikuasai, bangsa Barat itu mencari sumber daya alam (SDA) di Maluku untuk diangkut ke negaranya. Hal itu lantaran Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah berkualitas yang pada waktu itu nilainya melebihi emas.

Ade pun teringat dengan teori yang disampaikan pakar bahari, yaitu Sir Walter Raleigh dan Alfred Thayer Mahan. Kedua pemikir dunia tersebut, sambung dia, mengemukakan satu diktum berisi siapa yang menguasai lautan maka dia akan menguasai SDA. Kemudian, siapa yang menguasai SDA akan menguasai dunia. Belajar dari fakta Indonesia pernah berjaya pada era Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dengan kekuatan armada laut yang sangat kuat, menurut Ade, hendaknya bangsa Indonesia mulai saat ini perlu memperkuat armada TNI AL.

Ade melanjutkan, kekuatan maritim Indonesia juga sempat bangkit dan berjaya ketika terjadi Deklarasi Djuanda pada 1957. Namun sayang, tidak lama kemudian kekuatan itu tenggelam lagi. Karena itu, TNI AL siap mendukung Presiden Jokowi yang ingin membangkitkan kembali kejayaan Indonesia di lautan.

Ade menuturkan, Pushidrosal sesuai amatnya bertugas melaksanakan survei dan pemetaan, serta memproduksi peta laut untuk kebutuhan militer dan nasional. Kemudian, tugasnya juga menyediakan data untuk pembangunan infrastruktur. Melihat pentingnya hidrografi, Ade menyinggung kebijakannya pada 2016, yang menaikkan status Pushidrosal dari sebelumnya bernama Dishidrosal. Hal itu juga diikuti dengan pangkat komandan dari yang sebelumnya berpangkat bintang satu (laksamana pertama) dinaikkan menjadi bintang dua (laksamana muda). "Perkembangan hidrofrafi dari kedinasan ke pusat pada dasarnya untuk meningkatkan kapasitas dari Pushidrosal," ujar Ade.

Karena kebutuhan pemetaan bawah laut itulah, Ade mengungkapkan, kebutuhan armada Pushidrosal akan ditambah. Mabesal berencana membeli empat kapal lagi dengan teknologi terkini untuk memperkuat kapal canggih buatan Prancis yang sudah memperkuat Pushidrosal untuk kepentingan survei, yaitu KRI Rigel 933 dan KRI Spica 934.

Kepala Pushidrosal Laksda Harjo Susmoro mengatakan, peran lembaganya dalam pemetaan perairan Indonesia begitu penting. Hal itu lantaran Pushidrosal bisa berfungsi sebagai tombak pertahanan laut sekaligus kunci mengidentifikasi potensi kekayaan alam yang terkandung di lautan. Karena itu, pembangunan nasional tergantung dengan peta yang dimiliki Pushidrosal dalam melakukan perannya melakukan survei dalam lautan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement