REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Pemprov Sumbar) berniat memberikan tunjangan daerah bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang secara sukarela mendonorkan darahnya kepada Palang Merah Indonesia (PMI). Ide ini dicetuskan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno untuk menutup kebutuhan 50 ribu kantong darah setiap tahunnya.
Irwan menilai, program donor darah di lingkungan Pemprov Sumbar yang sudah berjalan setiap Rabu di awal bulan belum optimal. Demi menarik lebih banyak lagi pendonor, Pemprov ingin memberikan "iming-iming" yang lebih menggiurkan, berupa tunjangan daerah.
"Biar ramai, kalau dikasih Pop Mie saja mungkin nggak tertarik. Namun kalau dikasih tunjangan daerah barangkali lebih tertarik," jelas Irwan usai menerima penghargaan dari PMI sebagai pendonor sebanyak 50 kali, Rabu (17/1).
Kota Padang sendiri masih kekurangan pendonor darah. Dari satu juta penduduk yang ada di Padang, jumlah pendonor darah masih di bawah 10 ribu orang. Bahkan dari angka tersebut, baru 1.200 orang yang masuk daftar pendonor tetap, minimal 10 kali donor rutin.
PMI menyebutkan, idealnya sebuah negara harus memiliki pasokan darah dua persen dari jumlah penduduk. Jika diimplementasikan di Kota Padang, maka idealnya terdapat 20 ribu pendonor darah untuk satu juta jiwa.
Wakil Ketua PMI Sumatra Barat, Suryadi Asmi, mengungkapkan bahwa kebutuhan darah di Sumbar selama setahun yakni sebanyak 50 ribu kantong darah. Dari jumlah kebutuhan tersebut, 90 persennya masih bisa dipenuhi dari pendonor sukarela. Sementara 10 persen sisanya, PMI harus berupaya memenuhi pasokan dari keluarga pasien yang membutuhkan. Suryadi berharap semakin banyak masyarakat yang tergerak untuk menjadi pendonor darah sukarela, sehingga pasokan darah selalu mencukupi kapanpun pasien membutuhkan.
"Kota Padang ini masih sangat minim. Penduduk Padang ini sejuta jiwa loh. Seharusnya lebih banyak lagi masyarakat yang mendonor," ujar Suryadi.
PMI Sumbar menyiasati minimnya minat pendonor dengan melakukan sosialisasi ke instansi pemerintahan, kampus, dan terjun langsung ke perkampungan penduduk. Namun menurutnya, sasaran kegiatan donor darah paling optimal adalah kalangan mahasiswa. Suryadi menilai, pola pikir untuk donor darah rutin harus ditanamkan sejak dini.