Selasa 16 Jan 2018 15:09 WIB

Kekeringan, Puluhan Hektare Tanaman Padi di Indramayu Mati

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Hazliansyah
Petani di sawah yang alami kekeringan.
Foto: Antara
Petani di sawah yang alami kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID,  INDRAMAYU -- Puluhan hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, mati. Hal itu menyusul kurangnya pasokan air hingga menyebabkan kekeringan.

 

"Ada 20 hektare tanaman padi yang mati," ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, Selasa (16/1).

 

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, tanaman padi yang mati itu terlihat berwarna coklat kekuningan. Terutama pada bagian akar dan pangkalnya. Adapula yang meranggas berwarna coklat kekuningan sejak pangkal hingga ujungnya. Sedangkan tanah di sekitarnya mengalami retak dan mengeras.

 

Di sekitar tanaman padi itupun tumbuh banyak rerumputan. Tumbuhnya rumput itu biasa terjadi saat tanaman padi mengalami kekurangan air.

 

Menurut Waryono, tanaman padi yang mati itu berumur rata-rata 40 harian. Tanaman padi dinyatakan mati sejak beberapa hari terakhir.

photo

 

Untuk mengganti tanaman padi yang mati itu, pemiliknya terpaksa harus melakukan tanam ulang. Namun, hal tersebut dipastikan membutuhkan modal yang besar karena harus mengulang proses tanam sejak awal.

 

"Biaya tanam yang sudah dikeluarkan petani hingga tahap itu sudah sekitar Rp 5 jutaan per hektare," terang Waryono.

 

Selain tanaman padi yang terlanjur mati, lanjut Waryono, adapula tanaman padi seluas kurang lebih 100 hektare yang masih mengalami kekeringan. Jika tidak segera mendapat pasokan air yang cukup, maka tanaman itu juga bisa terancam mati.

 

Waryono mengakui, saat ini sedang berlangsung musim hujan. Namun, curah hujan yang turun diwilayah Kecamatan Kandanghaur sejak awal tahun ini juga cukup rendah. Kondisi itu diperparah dengan minimnya debit air irigasi yang bersumber dari Bendung Rentang dan Sumur Watu.

 

Semula, tanaman padi yang mengalami kekeringan ada sekitar 550 hektare. Tanaman itu tersebar di Desa Karangmulya, Wirapanjunan dan Wirakanan. Untuk menyelamatkan tanaman padi agar tidak mati, petani menyedot air dengan menggunakan mesin pompa.

 

"Tentu ada biaya tambahan," terang Waryono.

 

Disinggung mengenai asuransi pertanian, Waryono menjelaskan, para petaniyang tanamannya mati itu belum terdaftar dalam asuransi tersebut. Karenanya,mereka tak bisa mendapat pengganti.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement