REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menyambut baik rencana penggunaan android sebagai salah satu media dalam pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018. Meski begitu, dia meminta agar pemanfaatan teknologi tersebut tidak menghilangkan tolak ukur evaluasi calon mahasiswa.
"Saya kira, kalau ini sebagai suatu pemanfaatan teknologi digital, dan sebagai upaya mengikuti zaman, sangat baik sekali. Tapi jangan sampai ada yang dirugikan dan esensi evaluasinya hilang," kata Fikri kepada Republika, Senin (15/1).
Fikri juga berpesan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) maupun panitia pusat SBMPTN 2018 betul-betul merancang teknis penggunaan android dalam ujian dengan detail. Mulai dari aspek logistik, aturan penggunaan, jenis android, dan lain sebagainya.
"Lalu misalnya apakah androidnya itu disediakan panitia atau tidak? Jika tidak dan menggunakan android peserta, ya itu bagaimana nanti teknisnya. Saya berpesan, agar didesain betul," tegas Fikri.
Selain itu, Fikri juga menekankan pentingnya sosialisasi oleh pemerintah kepada seluruh calon peserta SBMPTN 2018. Jangan sampai sosialisasi tentang aturan yang baru tersebut tidak maksimal, dan nantinya akan menimbulkan pertanyaan dan kericuhan.
Sebelumnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyebutkan, ponsel pintar atau android bisa digunakan dalam pelaksanaan Seleksi Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2018.
"Penggunaan ponsel pintar dalam SBMPTN bisa digunakan tahun ini," ujar ketua pusat SNMPTN dan SBMPTN 2018 Ravik Karsidi kepada Republika, Senin (15/1).