Ahad 14 Jan 2018 15:35 WIB

Pedagang Ayam di Cianjur Mogok Jualan

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pedagang melayani pembeli daging ayam potong di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (14/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Pedagang melayani pembeli daging ayam potong di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Para pedagang daging ayam di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kompak tidak berjualan sejak Sabtu (13/1). Langkah ini diambil menyusul makin mahalnya harga daging ayam di pasaran Cianjur.

Informasi yang diperoleh dari Asosiasi Pedagang Daging Domba, Ayam, dan Sapi (APDDAS) Kabupaten Cianjur menyebutkan, aksi ini dilakukan mulai Sabtu (13/1) hingga Senin (15/1). Dampak dari pedagang yang mogok berjualan terlihat dari sepinya lapak pedagang daging ayam di sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Induk Pasirhayam (PIP) dan Pasar Muka Cianjur.

"Kami tidak berjualan untuk memprotes mahalnya harga daging ayam di pasaran," ujar salah seorang pedagang daging ayam di PIP Cianjur, Agus Mauludin (43 tahun), Ahad (14/1).
 
Kenaikan harga ini terang dia membebani pedagang daging ayam. Bila pedagang menaikkan harga maka akan menyebabkan penurunan omzet penjualan. Di sisi lain lanjut di jika tidak dinaikan maka pedagang akan nombok atau merugi.
 
Aksi mogok berjualan ini ujar Agus, telah disepakati semua pedagang daging ayam. Hal ini mengacu pada surat edaran APDDAS Kabupaten Cianjur Nomor 005/APDDAS/KAB-CIANUR/I/2018. Dalam surat edaran tersebut berisi hasil muyawarah pengurus, bandar, dan pedagang ayam pada 8 Januari 2018 yang menyikapi kenaikan harga ayam tidak wajar setelah natal dan tahun baru.
 
Tindakan ini sudah diberitahukan kepada peternak ayam, broker, bandar, pemotong, suplayer, dan pedagang, imbuh Agus. Aksi yang berlangsung selama tiga hari ini kata dia berisi mogok produksi dan berjualan daging ayam di Cianjur.
 
Menurut Agus, aksi mogok berjualan ini terpaksa dilakukan sebagai tekanan agar harga daging ayam kembali normal. Saat ini sambung dia harga ayam hidup dari tingkat broker sebesar Rp 22 ribu per kilogram dan harga dagingnya mencapai Rp 38 ribu per kilogram.
 
Harga itu pun lanjut Agus, diprediksi akan mengalami kenaikan di tingkat broker menjadi Rp 25 ribu per kilogram. Sehingga harga daging ayam nantinya bisa menembus Rp 41 ribu per kilogram.
 
Agus mengungkapkan, pedagang menilai kenaikan harga di awal tahun ini tidak wajar. Sebab, tutur dia harga daging ayam biasanya setiap tahun turun setelah momen natal dan tahun baru. Kini lanjut dia hingga pertengahan Januari harga daging ayam belum mengalami penurunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement