REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekertaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Soedjatmiko mengatakan, ada dua hal penting dalam pencegahan persebaran virus difteri. Langkah pertama adalah bagi semua tersangka atau yang dicurigai menderita difteri, harus segera diperiksa.
"Dibawa ke dokter atau puskesmas, dicek, jika terkena, racunnya dinetralisirkan," ujar Soedjatmiko di Forum Merdeka Barat 9, Jumat (12/1).
Untuk mengecek, semua orang tua disarankan membuka lebar-lebar mulut anaknya. "Anak-anak disuruh bilang 'A', 'A', 'A'," kata dia. Setelah itu, dilihat apakah di dinding ujung tenggorokan ada lapisan putih tebal atau tidak. Jika ada, segera diperiksa ke dokter dan diwaspadai.
Langkah kedua adalah menjalankan outbreak response immunization (ORI). Di seluruh daerah, ia mengatakan harus diberikan ORI. "Walaupun imunisasinya sudah lengkap tetap harus di imunisasi," ujarnya.
Difteri adalah penyakit yang sangat berbahaya. Virus tersebut bersarang di tenggorokan, melumpuhkan otot jantung dan menyumbat saluran nafas yang dapat mengancam kehidupan. Jika terdeteksi difteri, kuman dan racunnya dimatikan dengan suntikan. Orang-orang di sekitar pasien (keluarga termasuk perawat), juga dianjurkan untuk diberi suntik vaksin difteri untuk mematikan kuman serta mencegah jangan sampai menyerang orang lain.
Pemerintah pun sudah menyiapkan vaksin difteri untuk satu tahun ke depan di seluruh wilayah Indoneisa. Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebutkan persediaan vaksin difteri oleh Biofarma telah lebih dari cukup.
"Biofarma, kita kerja sama, dia sampai menghentikan ekspornya ke 136 negara. Vaksin ini pasti aman, pasalnya vaksin yang dibuat biofarma sudah dipakai di 136 negara yang sebagian besar negara muslim," ujarnya.
Penyakit difteri tahun lalu berstatus sebagai kejadian luar biasa (KLB). Tercatat, penyakit ini telah menyerang lebih dari 959 orang di seluruh Indonesia dengan kasus kematian sebesar 4,62 persen.